Rabu, 23 April 2014

Jatiluhur Purwakarta
(KKM UIN SGD BDG 27-29 Februari)

Hari ini rabu, tanggal 26 februari 2014..pukul 01.00 wib..napasku seakan terhenti karena dinginnya udara di malam hari, aku berjalan dengan menyusuri jalanan kota Bandung tepatnya jalan cibiru hilir.
selama 3,5 tahun aku kuliah di UIN SGD Bandung, aku tinggal di pondok pesantren Al Ihsan.
disana aku belajar imu agama islam baik ilmu tauhid, fiqh, akhlak dan ilmu nahwu shorof.
meski pada kenyataannya aku ga bisa apa-apa. 
Aku bergegas menuju kampus, dengan menggendong tas cariel yang bebannya melebihi berat badanku. dengan tubuh yang condong ke depan. aku terus berjalan menuju kampus. di kampuslah kami para mahasiswa peserta KKM berkumpul untuk pemberangkatan.
aku berjalan bagaikan serdadu yang melangkah menuju medan perang..sejenak sebuah ilusi mengingatkanku akan diriku empat tahun yang lalu. dulu, sebelum aku kuliah, aku bercita-cita untuk menjadi seorang tentara..namun Tuhan tidak memberi ku izin untuk hal itu.
setelah 25 menit perjalanan akhirnya aku sampai juga di kampus. disana ternyata sudah banyak orang-orang serta bis-bis yang akan mengantarkan para mahasiswa peserta KKM ke tempat KKM masing-masing.
akhirnya aku mendapatkan daftar bis nomor 016 dengan daerah tujuan kabupaten Purwakarta, sesuai dengan data yang tercantum pada papan informasi sebelumnya.
disana telah ada teman-teman satu kelompokku 5 orang perempuan dan 3 orang laki-laki termasuk diriku.
setelah mendapatkan pengarahan akhirnya kami berangkat ke tempat KKM masing-masing.
satu bulan kemudian kami pulang ke rumah masing-masing dengan keadaan selamat dan sedikit capek....

my skripsi 2



BAB II
KAJIAN TEORETIS

A.       Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Advance Organizer
1.        Pengertian Respon
Dalam kajian psikologi, istilah respon digunakan terhadap perilaku individu dalam hubungannya dengan lingkungannya. Dalam penerapannya respon selalu berkaitan dengan istilah stimulus yang diberikan lingkungannya, sehingga hubungan antara stimulus dengan respon dikatakan sebagai formula interaksi lingkungan.
Berpegang kepada hasil dari interpretasi apakah individu mungkin atau tidak mungkin mencapai tujuan yang diharapkan, maka ia memberikan respon. Menurut Sukmadinata (2007: 158), respon merupakan suatu usaha coba-coba (Trial and error), atau usaha yang penuh perhitungan dan perencanaan atau pun ia menghentikan usahanya untuk mencapai tujuan tersebut.
Menurut Suryabrata (2006: 287), respon ialah “reaksi objektif dari individu terhadap stimulus yang berasal dari lingkungannya dengan menggunakan alat yang disebut efektor”. Menurut Sujanto (2009: 31), respon atau tanggapan sebagai salah satu jiwa yang pokok, dapat diartikan sebagai “gambaran pengamatan yang tinggal di kesadaran kita sesudah mengamati”.
Hereditas dan lingkungan hanyalah merupakan dua segi utama dari proses belajar. Segi lain yang juga penting adalah respon atau tanggapan siswa. Para siswa memberikan respon terhadap suatu perangsang dengan berbagai tingkat kekuatan dan tujuan, kekuatan ini sebagian berasal dari kondisi-kondisi jasmaniah, sebagian lagi berasal dari pengamatan dan motivasi (Hamalik, 2007: 46). Menurut Suryabrata yang dikutip dari Bigot dkk (1950: 72), bahwa respon atau tanggapan ialah “bayangan yang tinggal dalam ingatan setelah kita melakukan pengamatan”.
Dari beberapa pernyataan para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa respon atau tanggapan yaitu proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui indera-indera seperti mata dan telinga.
2.        Macam-macam Respon
Menurut Azwar (2007: 15), respon timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi individual. Respon evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap, timbulnya didasari oleh proses evaluasi dari individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk baik-buruk, positif-negatif, menyenangkan-tidak menyenangkan, yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap.
Azwar (2008: 7), mengklasifikasikan respon ke dalam tiga jenis, yaitu: 1) respon kognitif (respon perseptual dan pernyataan mengenai yang diyakini), 2) respon afektif (respon saraf simpatik dan pernyataan afeksi), 3) respon perilaku atau konatif (respon yang berupa tindakan atau pernyataan mengenai perilaku).
Adapun menurut Sumanto (2003: 25), membagi respon menjadi tiga jenis, yaitu: 1) respon masa lalu/lampau, yang sering disebut sebagai tanggapan ingatan, 2) respon masa sekarang yang biasa disebut sebagai tanggapan imajinatif, 3) respon masa mendatang , yang dapat disebut tanggapan antisipatif.
Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis respon yaitu: 1) respon kognitif, 2) respon afektif, 3) respon psikomotor. Dengan melihat salah satu diantara ketiga bentuk respon tersebut, maka sikap atau perilaku seseorang khususnya siswa, akan diketahui hanya melihat salah satu diantara ketiga bentuk respon tersebut.
3.        Indikator Respon
Setiap orang akan berbeda dalam memberikan respon terhadap stimulus yang sama. Azwar (2008: 10), mengatakan bahwa satu stimulus dapt menimbulkan lebih dari satu respon yang sama, hal ini tergantung kepada faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dengan demikian,  dalam merespon atau stimulus akan didapat individu yang memberikan respon positif dan negatif.
Sebagaimana yang telah dikatakan bahwa respon merupakan suatu reaksi individu terhadap stimulus tertentu yang diwujudkan dalam bentuk perilaku atau dengan kata lain responsif atau tindaknya individu terhadap stimulus dapat dilihat dari perilaku individu sehubungan dengan stimulus tersebut, sehingga pengukuran respon adalah pengukuran individu dalam mereaksi suatu stimulus.



Penjelasan mengenai indikator respon menurut Ahmadi (1999: 166) bahwa respon di sekolah tidak terlepas dari respon positif dan respon negatif, yaitu:
1.    Respon positif : sikap yang menunjukan atau perhatian, menerima, mengakui, menyetujui serta melaksanakan norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada.
2.    Respon negatif : sikap yang menunjukan atau memperhatikan penolakan atau tidak menyetujui norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada. 
Menurut Syah (2004: I50) pada sifat positif ditandai dengan sikap menerima, mengagumi, menunjukan perhatian, sedangkan sikap negatif ditandai dengan adanya sikap menolak, menunjukan penghindaran, tidak menghargai serta acuh tak acuh. Individu yang telah menerima rangsangan atau stimulus, baik dari dalam diri individu ataupun dari luar, maka tampak bahwa individu itu telah merespon terhadap stimulus yang ada dengan cara atau indikator tertentu. Individu merespon dalam bentuk ungkapan, atau dimanifestasikan dalam perilaku atau tindakan baik positif maupun negatif dalam merespon stimulus tertental Indikator respon tersebut tidak lepas dari tiga aspek, yakni aspek kognitif, afektif dan konatif.
Hal ini senada dengan pernyataan Resonberg dan Hovland yang dikutip oleh Azwar (2008: 19-21) yang telah melakukan anĂ¡lisis terhadap berbagai respon yang dapat dijadikan penyimpulan sikap. Hasiinya terindikasi dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan konatif. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
1)   Respon kognitif
a)    Verbal: Pernyataan mengenai apa yang dipercaya atau diyakini mengenai objek sikap. Contohnya kita mengetahui apakah seseorang memiliki sikap positif terhadap pendidikan, misalnya ia mengatakan bahwa ia percaya akan pentingnya mendengarkan, memperhatikan serta bertanya terhadap setiap pelajaran yang disampaikan guru akan dapat menguasai dan memahaminya dengan baik.
b)   Non verbal: Reaksi perseptual terhadap objek suatu sikap. Hal ini lebih sulit untuk diungkap disamping informasi tentang sikap yang diberikannya pun lebih bersifat tidak langsung. Contohnya reaksi seseorang terhadap artikel-artikel atau gambar-gambar mengenai fenomena dunia pendidikan sekarang ini, apakah ia menaruh perhatian terhadap berita-berita bagaimana sulitnya anak-anak yang ingin sekolah karena terbatasnya biaya juga bagaimana seorang anak yang sulit berdisiplin dalam belajar baik dirumah maupun disekolah padahal kedua orang tuanya mampu.
2)   Respon afektif
a)    Verbal: Pemyataan perasaan seseorang terhadap objek sikap. Contohnya apabila seseorang   memberikan   komentar   negatif terhadap perbuatan   guru yang menghukum keras terhadap siswa karena tĂ­dak mengerjakan tugasnya sebagai seorang siswa.
b)   Non verbal: Reaksi fĂ­sĂ­ologis terhadap objek sikap, seperti: ekspresi muka yang mencibir, tersenyum, gerakan tangan dan sebagainya yang dapat menjadi indikasi perasaan seseorang apabila dihadapkan pada suatu objek.
3)   Respon konatĂ­f
a)    Verbal: Pernyataan intensi perilaku. Dalam bentuk verbal hal ini terungkap dalam bentuk pemyataan keinginan atau kecenderungan untuk melakukan sesuatu. Contohnya keikutsertaan atau terjun langsung dalam mendidik anak yang tidak mempunyai kedisiplinan belajar asal-asalan menjadikan lebih sungguh-sungguh dalam belajarnya.
b)   Non verbal: Perilaku tampak sehubungan dengan objek sikap. Respon non verbal dapat berupa ajakan pada orang laĂ­n. Misalnya, mengajak para orang tua agar bisa membimbing dan mengarahkan anaknya agar biasa belajar dengan baik.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa respon belajar, respon afektif, dan respon konatif memiliki respon verbal maupun non verbal dalam setiap ranah masing-masing.   Masing-masing  klasifikasi  respon  berhubungan  dengan  ketiga  komponen sikapnya, dengan melihat salah satu saja diantara ketiga bentuk respon tersebut maka sikap seseorang sudah dapat diketahui.




B.       Model Pembelajaran Advance Organizer
1.        Model Pembelajaran Advance Organizer
Model pembelajaran Advance Organizer merupakan suatu model pembelajaran yang dimulai dengan mengarahkan para siswa ke materi yang akan mereka pelajari dan mendorong mereka untuk mengingat kembali informasi yang berhubungan yang digunakan dalam membantu menanamkan pengetahuan baru. Dalam istilah indonesia, advance organizer diartikan dengan bermacam-macan makna, diantaranya sebagai pengaturan awal, pemandu awal, dan pembangkit motivasi.
Model advance organizer sendiri dipelajari dan dikembangkan oleh David Ausubel pada tahun 1963. Menurut Ausubel, model pembelajaran Advance Organizer bertujuan untuk memperkuat susunan kognitif siswa atau pengetahuan mereka tentang pelajaran tertentu dan bagaimana mengelola, mempeijelas dan memelihara pengetahuan tersebut dengan baik (Joyce, Weil & Calhoun: 281). Dengan kata lain, struktur kognitif siswa harus sesuai dengan jenis pengetahuan dalam bidang apa yang ada dalam pikiran kita, seberapa banyak pengetahuan tersebut, dan bagaimana pengetahuan ini dikelola.
Model ini telah digunakan di hampir semua pelajaran dan pada siswa-siswa seluruh tingkatan umur. Model ini pula dapat dengan mudah dikombinasikan dengan model lain, misalnya ketika presentasi digabungkan dengan kegiatan induktif. Ausubel percaya bahwa struktur kognitif yang ada dalam diri seseorang merupakan faktor utama yang menentukan apakah materi baru akan bermanfaat atau tidak dan bagaimana pengetahuan yang baru ini dapat diperoleh dan dipertahankan dengan baik. Sebelum kita dapat menyajikan materi baru secara efektif, kita harus meningkatkan stabilitas dan kejelasan struktur siswa. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan mereka konsep-konsep yang dapat menentukan informasi untuk dipresentasikan pada mereka.
Secara umum tujuan Advance Organizer adalah menjelaskan, mengintegrasikan, dan menginterkorelasikan materi yang dipelajari sebelumnya. Advance organizer membantu siswa membedakan materi baru dan materi yang sebelumnya dipelajari.
Didalam proses pembelajarannya, guru berperan sebagai pengelola materi pelajaran dan menyajikan infonnasi melalui ceramah, membaca dan penyediaan tugas pada siswa dalam memadukan apa yang telah dipelajari. Dalam pendekatannya, guru bertanggung jawab dalam mengelola dan mempresentasikan apa yang akan dipelajari. Sedangkan peran utama siswa sendiri adalah menguasai gagasan dan informasi. Sementara pendekatan-pendekatan induktif dapat menuntun siswa menemukan kembali konsep-konsep, maka advance organizer menyediakan konsep--konsep dan prinsip-prinsip pada siswa secara langsung (Joyce, WeĂ¼ & Calhoun, 2011:281).
Advance Organizer berfungsi dalam memberikan dukungan untuk informasi baru untuk memudahkan menghubungkan pengetahuan baru dengan konsep yang telah ada pada struktur kognitif siswa, sehingga terjadi belajar bermakna. Advance Organizer mengarahkan perhatian siswa kepada sesuatu yang penting dalam maten yang akan datang; menyoroti hubungan-hubungan antar gagasan yang akan disajikan; dan mengingatkan siswa akan informasi relevan yang telah siswa miliki. Advance Organizer membantu menghimpun materi baru dengan menjabarkan, menyusun gagasan utama materi baru berdasarkan pada apa yang telah diketahui siswa.
Dalam menghubungkan apa yang telah diketahui siswa dengan informasi baru yang akan disajikan dalam pelajaran, penggunaan Advance Organizer harus menggunakan istilah dan konsep yang dikenal siswa, hal ini dapat membantu dalam proses-proses mentransformasi pengetahuan secara kreatif dan menerapkannya dalam situasi-situasi baru. Proses ini membantu memasukan informasi baru kedalam ingatan jangka panjang. Advance organizer tidak harus menjadi  panjang atau kompleks, namun harus  secara jelas dipahami  dan berhubungan dengan materi.
Advance organizer sangat berguna dalam proses transfer pengetahuan untuk menambah efesiensi kapasitas proses informasi untuk menyerap dan menghubungkan struktur pengetahuan.
Secara umum, tujuan advance organizer adalah menjelaskan, mengintegrasikan, dan menginterkorelasikan materi dalam pembelajaran dengan materi yang dipelajari sebelumnya. Advance organizer yang paling efektif adalah menggunakan konsep, istilah-istilah, dan dalil-dalil yang sudah dikenal siswa serta diilustrasikan dengan analogi yang tepat. Tujuan ini tercapai jika pengembangan rencana pembelajaran dilakukan sesuai dengan tuntutan kurikulum, artinya kurikulum benar-benar berfungsi sebagai pedoman pengajaran.
2.        Struktur dan Tahapan Model Pembelajaran Advance Organizer
Adapun struktur dari pengajaran  model pembelajaran Advance Organizer (Joyce, Weil dan Calhoun: 201) yaitu:
1.        Tahap Pertama (Presentasi Advance Organizer)
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tahapan ini adalah sebagai berikut:
a.    Mengklarifikasi tujuan pengajaran
Dalam hal ini dimaksudkan untuk membangun perhatian peserta didik dan menuntun mereka pada tujuan pembelajaran dimana keduanya merupakan hal penting untuk membantu terciptanya belajar bermakna.
b.    Menyajikan organizer
Dalam tahap ini, guru menyajikan teks, gambar atau tayangan multimedia sebagai organizer terkait dengan materi yang akan disampaikan pada tahap kedua. Selanjutnya, mintalah siswa untuk mengingat kembali apa yang telah diajarkan minggu lalu atau tahun lalu yang berkaitan dengan teks, gambar, atau tayangan multimedia yang diberikan. Diharapkan, tahap ini akan membentuk kerangka konsep dalam susunan kognitif siswa.
c.    Mendorong kesadaran pengetahuan dan pengalaman dari siswa.
Pada bagian ini siswa harus berperan aktif dalam bentuk memberikan respon terhadap presentasi organisasi yang telah diberikan oleh guru.
2.        Tahap kedua (presentasi tugas atau materi pembelajaran)
            Tahap kedua ini, materi pembelajaran dipresentasikan dan dikembangkan dalam bentuk diskusi, ekspositori, atau siswa memperhatikan gambar-gambar, melakukan percobaan, atau membaca teks yang masing-masing diarahkan pada tujuan pengajaran yang ditunjukkan pada langkah pertama.
Pada tahap ini juga, guru memberikan soal-soal latihan mulai dari yang mudah, sedang, sampai yang sukar untuk melatih proses berpikir siswa tentang materi yang disampaikan oleh guru, sehingga siswa dapat mengetahui sejauh mana kemampuan yang dimiliknya dan dapat memperbaiki kesalahan yang dilakukannya.
3. tahap ketiga (memperkuat susunan kognitif)
Tujuan dalam tahap ketiga adalah meletakkan materi pembelajaran baru ke dalam struktur kognitif siswa yang sudah ada, yakni memperkuat pengolahan kognitif siswa.dalam memperkuat susunan kognitif siswa, lakukan hal-hal dibawah ini :
a.    meminta ringkasan tentang sifat-sifat penting dari materi pembelajaran yang baru
b.    menguatkan dan mengoreksi konsep dari materi yang telah dipelajari. Dalam menguatkan konsep, yang dilakukan guru adalah mengulangi definisi-definisi/ istilah-istilah asing yang telah diberikan pada kegiatan belajar di tahap kedua, yang menurut guru istilah-istilah tersebut penting.
c.    menanyakan perbedaan-perbedaan di antara aspek materi.Disini siswa diminta memaparkan perbedaan-perbedaan diantara konsep materi yang diberikan, atau memaparkan persamaan-persamaanya.
d.    mengklarifikasi jika ada kesalahan konsep dari apa yang telah dipaparkan siswa.
Secara ringkasnya, struktur pengajaran model advance organizer tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 2.2 : Struktur Model Pembelajaran Advance Organizer
Tahap Pembelajaran
Jenis Kegiatan
Tahap presentasi advance organizer
-          Meyampaikan tujuan pembelajaran
-          Menyajikan teks, gambar, atau tayangan multimedia
-          Tanya jawab terkait teks, gambar, atau tayangan multimedia yang telah diberikan
Tahap presentasi tugas atau materi pembelajaran
-          Penyajian materi
-          Diskusi
-          Mengerjakan LKS
-          Pemberian tugas berupa soal-soal
Tahap memperkuat susunan kognitif
-          Siswa meringkas materi pembelajaran yang telah diberikan
-          Mengulangi definisi-definisi atau istilah-istilah yang dianggap penting
-          Siswa memaparkan perbedaan-perbedaan di antara konsep materi yang diberikan
-          Mengklarifikasi

3.        Tujuan dan Manfaat Advance Organizer
Advance organizer mempunyai tiga tujuan sebagai berikut:
1.    Memberikan arahan bagi siswa untuk mengetahui apa yang terpenting dari materi yang dipelajarinya.
2.    Menghighlight diantara hubungan-hubungan yang akan dipelajari
3.    Memberikan penguatan terhadap pengetahuan yang diperoleh/dipelajari.
Sedangkan manfaatnya adalah:
1.    Dapat menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi belajar yang akan dipelajari siswa.
2.    Dapat berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara apa yang sedang dipelajari siswa “saat ini” dengan “apa” yang akan dipelajari.siswa.
3.    Mampu membantu siswa untuk memahami bahan pelajaran secara lebih mudah.
4.        Kelebihan Dan Kekurangan Model Pembelajaran Advance Organizer
Kelebihan model advance organizer dalam pengajaran adalah sebagai berikut:
a.         Siswa dapat berinteraksi dengan memecahkan masalah untuk menemukan konsep-konsep yang dikembangkan
b.        Dapat membangkitkan perolehan materi akademik dan keterampilan social siswa
c.         Dapat mendorong siswa untuk mengetahui jawaban pertanyaan yang diberikan (siswa semakin aktif)
d.        Dapat melatih siswa meningkatkan keterampilan siswa melalui diskusi kelompok
e.         Meningkatkan ketrampilan berfikir siswa baik secara individu mupun kelompok
f.          Menambah kompetensi siswa dalam kelas
Namun sebagai model pembelajaran, advance organizer juga memiliki kekurangan dalam proses pengajaran, yaitu dibutuhkan control yang intensif dari guru, sehingga bila siswa terlalu banyak, proses pembelajaran kurang efektif.
D.      Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif adalah belajar yang memperbanyak aktivitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dari berbagai sumber, untuk dibahas dalam proses pembelajaran dalam kelas, sehingga memperoleh berbagai pengalaman yang tidak saja menambah pengetahuan, tapi juga kemampuan analisis dan sintesis (Rosyada dalam Nurhayati, 2008).
Keaktifan siswa tidak hanya keaktifan fisik tapi juga keaktifan mental. Belajar aktif sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran yang bermuara pada belajar mandiri, maka kegiatan belajar mengajar yang dirancang harus mampu melibatkan siswa secara aktif. Siswa dan guru dalam belajar aktif sama berperan untuk menciptakan suatu pengalaman belajar yang bermakna.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran aktif adalah suatu metode belajar yang mana siswa tidak hanya sekedar mendengarkan informasi yang disampaikan oleh guru, akan tetapi siswa juga melihat apa yang dijelaskan oleh guru dan terakhir siswa melakukan atau mencobakan langsung apa yang telah dipelajari untuk memperoleh hasil belajar.
Sekolah yang melakukan pembelajaran aktif dengan baik harus mempunyai karakteristik, yaitu: pembelajaran berpusat pada siswa, guru membimbing dalam terjadinya pengalaman belajar, tujuan kegiatan tidak hanya sekedar mengejar standar akademis, pengelolaan kegiatan pembelajaran dan penilaian (Joni, R dalam Nurhayati, 2008).
  1. Pembelajaran berpusat pada siswa. Siswa berperan lebih aktif dalam mengembangkan cara-cara belajar mandiri. Siswa berperan serta pada perencanaan, pelaksanaan dan penilaian proses belajar. Pengalaman siswa lebih diutamakan.
  2. Guru membimbing dalam terjadinya pengalaman belajar. Guru bukan satu-satunya sumber belajar. Guru merupakan salah satunya sumber belajar, yang memberikan peluang bagi siswa agar dapat memperoleh pengetahuan atau ketrampilan sendiri melalui usaha sendiri, dapat mengembangkan motivasi dari dalam dirinya, dan dapat mengembangkan pengalaman untuk membuat suatu karya.
  3. Tujuan kegiatan pembelajaran tidak hanya untuk sekedar mengejar standar akademis. Selain pencapaian standar akademis, kegiatan ditekankan untuk mengembangkan siswa secara utuh dan seimbang.
  4. Pengelolaan kegiatan pembelajaran ditekankan pada kreativitas siswa, dan memperhatikan kemajuan siswa untuk menguasai konsep-konsep dengan mantap.
  5. Penilaian dilakukan untuk mengukur dan mengamati kegiatan dan kemajuan siswa, serta mengukur ketrampilan dan hasil belajar siswa.
E.       Hasil Belajar Siswa
1.        Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan kata majemuk yang terdiri dari dua kata dasar, yaitu hasil dan belajar. Hasil artinya pendapatan, perolehan, buah akibat, kesudahan, sesuatu yang diadakan oleh usaha (Tim Penyusun Pusat Bahasa, 2002: 391). Sedangkan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi lingkungannya (Slameto, 2010:2).
Menurut Hamalik (2003) dalam Jihad (2009: 2) belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman yang merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungannya. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi mengalami. Menurut Sudjana (2003) dalam Jihad (2009: 2) berpendapat, belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap, dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan,    serta perubahan aspek-aspek yang ada pada individu yang belajar. Perubahan yang dihasilkan tidak terjadi begitu saja, tetapi memerlukan proses, menurut Bruner dalam Nasution (2000: 9) proses belajar itu dibedakan menjadi tiga fase,  yaitu informasi, transformasi dan evaluasi.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keselumhan bukan hanya satu aspek potensi kemanusiaan saja melainkan komprehensif. Berdasarkan pemyataan-pemyataan di atas bahwa hasil belajar selalu  berkaitan   dengan  perubahan  tingkah  laku  dengan   pengetahuan,   sikap  dan keterampilan setelah menjalani proses belajar atau pengalaman.
2.        Tipe Hasil Belajar Kognitif
Tujuan utama adalah mengarahkan perkembangan tingkah laku sebagai pencerminan dari hasil belajar yang dicapai oleh yang bersangkutan. Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki oleh siswa tersebut memperoleh pengalaman belajar yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Salah satu kemampuan utama sebagai hasil belajar adalah kemampuan kognitif.
Neisser (1976) dalam Syah (2010: 65) cognition (kognisi) ialah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. Sementara Chaplin (1972) dalam Syah mengatakan istilah kognitif menjadi populer sebagai salah satu domain atau wilayah/ranah psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, dan keyakinan, Ranah kejiwaan yang berpusat di otak juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan ranah rasa.
Revisi taksonomi Bloom membagi tingkat kemampuan atau tipe hasil belajar yang termasuk aspek kognitif menjadi enam, yaitu recall, understand, apply, analyze, evaluate, dan create (Anderson, L.W, & Krathwohl, 2001).
Keenam tingkat ini disusun berjenjang tidak boleh saling mendahului yang dimulai dari tingkat sederhana sampai pada tingkat paling kompleks, yaitu:
a.         Mengingat (Recall) ialah tingkat kemampuan yang hanya meminta responden (tester) untuk mengenal atau mengetahui adanya konsep, fakta, atau istilah-istilah tanpa harus mengerti, atau dapat dinilai, atau dapat menggunakannya. Dalam hal ini tester biasanya hanya dituntut untuk menyebutkan kembali atau menghapal saja.
b.        Memahami (Understand) adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan tester mampu memahami arti atau konsep, situasi, serta fakta yang diketahui, tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan.
c.         Menerapkan (Apply) adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau situasi khusus. Dalam hal ini tester dituntut kemampuannya untuk menerapkan atau menggunakan apa yang telah diketahuinya dalam situasi yang baru baginya.
d.        Menganalisis (Analyze) yaitu tingkat kemampuan tester untuk menganalisis atau  menguraikan suatu integritas atau situasi tertentu ke dalam komponen-komponen atau unsur-unsur pembentuknya. Pada tingkat analisis, tester diharapkan dapat memahami dan sekaligus dapat memilah-milahnya menjadi bagian-bagian.
e.         Menilai {Evaluate) adalah penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam suatu bentuk yang menyeluruh. Dengan kemampuan evaluasi seseorang dituntut untuk dapat menemukan hubungan kausal atau urutan tertentu.
f.          Mencipta (Create) adalah kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan judgment yang dimilikinya, dan kriteria yang dipakainya. Tipe hasil belajar ini dikategorikan paling tinggi, dan terkandung semua tipe hasil belajar yang telah dijelaskan sebelumnya. Dengan kemampuan mencipta, tester diminta untuk membuat suatu penilaian tentang suatu pernyataan, konsep, situasi berdasarkan suatu kriteria tertentu.
3.        Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Slameto (2010: 54) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar banyak jenisnya tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu:
a.    Faktor intent, yaitu faktor yang ada di dalam diri individu yang sedang belajar, meliputi faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh), faktor psikologi (intelegensi, perhatian, respon, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan), dan faktor kelelahan (jasmani dan rohani).
b.    Faktor ekstern, yaitu faktor yang berada di luar individu yang sedang belajar. Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Sementara   itu,   menurut   Syah   (2010:129)   secara   umum   faktor-faktor  yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
a.    Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa.
b.    Faktor pendekatan belajar {approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan model pembelajaran yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran pada materi-materi pembelajaran.
c.    Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.
Berdasarkan pemaparan para pakar di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu ada tiga, yaitu faktor internal, faktor eksternal, dan faktor pendekatan belajar.
F.        Hubungan Respon Siswa dengan Hasil Belajar
Respon yang dimiliki oleh seseorang akan berpengaruh terhadap berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar. Orang yang memiliki respon yang baik, akan memiliki banyak enenrgi untuk melakukan kegiatan belajar sehingga pencapaian pemahaman akan mudah, akan tetapi tanpa adanya respon yang kuat/ baik maka akan sebaliknya. Dengan kata lain, pemahaman seseorang akan tinggi apabila orang tersebut berusaha dengan tekun terutama apabila didasari dengan adanya respon yang baik.
G.      Tinjauan Kurikulum Materi Ekosistem
Pada kurikulum KTSP 2006 materi ekosistem membahas mengenai komponen-komponen penyusun ekosistem, interaksi antarkomponen ekosistem, dan daur biogeokimia. Hal tersebut dapat pula dilihat pada tabel 2.2 silabus pembelajaran materi ekosistem berikut ini.
                                       Tabel 2.3 Silabus Materi Ekosistem                   
Kompetensi Dasar
Materi Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Indikator
4.1  Mendeskripsikan peran komponen ekosistem dalam aliran energi dan daur biogeokimia serta pemanfaatan komponen ekosistem bagi kehidupan.
1.  Komponen Ekosistem
Komponen ekosistem terdiri dari unsur biotik dan abiotik. Dalam ekosistem terjadi interaksi antar unsur biotik dan abiotik, serta unsur biotik dan biotik lainnya (predasi, simbiosis, dll).


1.     Mengidentifikasi komponen-komponen yang menyusun ekosistem.
2.     Menggambarkan hubungan antara komponen biotik dan abiotik serta hubungan antara biotik dan biotik dalam ekosistem.
1.     Menguraikan dua komponen penyusun ekosistem, komponen biotik dan abiotik secara tepat.
2.     Mendeskripsikan hubungan antara komponen biotik dan abiotik serta hubungan komponen biotik dan biotik secara tepat.

Kompetensi Dasar
Materi Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Indikator
4.1  Mendeskripsikan peran komponen ekosistem dalam aliran energi dan daur biogeokimia serta pemanfaatan komponen ekosistem bagi kehidupan.
2.  Aliran Energi
Aliran energi merupakan transfer energi dari produsen ke konsumen melalui rantai makanan.
3.     Mendeskripsikan perjalanan energi, materi, dalam ekosistem, serta daur biogeokimia
4.     Menganalisis kemungkinan diperolehnya keseimbangan/ketidak-seimbangan lingkungan karena rusaknya atau terganggunya salah satu komponen ekosistem dan mengganggu aliran energi.
3.     Menghubungkan pengertian rantai makanan, jaring-jaring makanan, piramida ekologi, siklus materi dan daur energi
4.     Menganalisis hubungan antara komponen (karena faktor alami dan akibat perbuatan manusia)
5.     Menjelaskan mekanisme aliran energi pada suatu ekosistem.
4.1  Mendeskripsikan peran komponen ekosistem dalam aliran energi dan daur biogeokimia serta pemanfaatan komponen ekosistem bagi kehidupan.
3.  Daur Biogeokimia
Daur karbon, nitrogen, sulfur, fosfor. Dalam daur biogeokimia peran mikroorganisme sangat besar.
5.  Menjelaskan daur biogeokimia dan organisme yang terlibat di dalamnya.
6.     Menerangkan daur Biogeokimia, yaitu daur karbon, daur nitrogen, daur fosfor, dan daun sulfur.
7.     Menjelaskan peranan bakteri nitirfikasi dalam daur nitrogen, serta bakteri-bakteri pengurai pada daur karbon, fosfor, dan sulfur.
(Sumber : Lampiran )
Menurut Aziz (2008 : 248), semua jenis makhluk hidup saling mempengaruhi, dipengaruhi, serta berinteraksi dengan alam membentuk satu kesatuan yang disebut ekosistem. Ekosistem menunjukkan adanya interaksi bolak-balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Di dalam sistem tersebut terdapat aliran energi dan materi lingkungan yang disebut ekologi.
Dalam Campbell (2002 : 388), ekosistem terdiri dari semua organisme yang hidup dalam suatu komunitas dan juga semua faktor-faktor abiotik yang berinteraksi dengan organisme tersebut,  dengan kata lain bahwa ekosistem terdiri dari dua komponen yaitu komponen biotik (komponen hidup) dan komponen abiotik (komponen tak hidup). Suatu  ekosistem terdiri dari beberapa trofik, yaitu trofik I (produsen), trofik II (konsumen primer), trofik III (konsumen sekunder), trofik IV (konsumen tersier), trofik V (konsumen kuartener) dan Detitrivor.
Di dalam ekosistem setiap spesies mempunyai suatu niche (relung) ekologi yang khas. Suatu ekosistem diatur dan dikendalikan secara alamiah. Suatu ekosistem mempunyai daya kemampuan yang optimal dalam keadaan berimbang. Terdapat interaksi antara seluruh unsur-unsur lingkungan yang saling mempengaruhi dan bersifat timbal balik (Irwan, 2003 : 28-29).
1.      Komponen Penyusun Ekosistem
Ekosistem merupakan hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Adapun komponen penyusun ekosistem adalah :
a.       Berdasarkan sifatnya
Ditinjau berdasarkan sifatnya ekosistem tersusun atas komponen-komponen sebagai berikut :
1)      Komponen Biotik
Komponen biotik adalah komponen yang meliputi semua makhluk hidup di bumi. Setiap komponen biotik memiliki cara hidup sendiri yang akan menentukan interaksi dengan komponen biotik lain dan komponen abiotik. Komponen biotik juga meliputi tingkatan organisasi dalam ekologi yang meliputi individu, populasi, komunitas, ekosistem, dan biosfer (Pratiwi, 2006 : 269).
a)      Individu merupakan organisme tunggal, seperti seekor tikus, seekor kucing, sebatang pohon mangga, dan lain-lain (Pratiwi, 2006 : 269).
b)      Populasi yaitu suatu kelompok individu dari spesies yang sama yang hidup dalam daerah geografis tertentu (Campbell, 2002 : 272).
c)      Komunitas adalah kumpulan populasi dari spesies yang berlainan. Suatu komunitas terdiri dari semua organisme yang menempati suatu daerah tertentu (Campbell, 2002 : 272).
d)      Ekosistem merupakan tingkat organisasi yang lebih tinggi dari komunitas, atau merupakan kesatuan dari suatu komunitas dengan lingkungannya dimana terjadi antar hubungan (Irwan, 2003 : 28).
e)      Biosfer merupakan tingkatan yang paling kompleks dalam ekologi. Biosfer meliputi atmosfer hingga ketinggian beberapa kilometer, daratan yang termasuk bebatuan yang mengandung air yang berada paling tidak 1500 meter dibawah tanah, danau, dan aliran sungai, gua, dan lautan hingga kedalaman beberapa kilometer (Campbell, 2002 : 272).
Gambar 2.2 Tingkatan organisasi dalam ekologi
(Sumber : http://3.bp.blogspot.com/-6U-Ave9PIJU/TcPPs4JfGOI/ AAAAAAAAACY/R8Fl0QOTuXY/s320/ekologi.jpg)

2)      Komponen Abiotik
Komponen abiotik merupakan komponen fisik dan kimia yang membentuk lingkungan abiotik. Komponen abiotik yang utama antara lain :
a)      Suhu
Suhu lingkungan merupakan faktor penting dalam persebaran organisme karena pengaruhnya pada proses biologis dan ketidakmampuan sebagian besar organisme untuk mengatur suhu tubuhnya secara tepat (Campbell, 2002 : 273).
b)      Air
Air sangat penting bagi kehidupan, tetapi ketersediaannya bervariasi secara dramatis di berbagai habitat. Organisme air tawar dan air laut hidup terendam di suatu lingkungan akuatik, tetapi organisme tersebut menghadapi permasalahan keseimbangan air jika tekanan osmosis intraselulernya tidak sesuai dengan tekanan osmosis air di sekitarnya (Campbell, 2002 : 273).
c)      Cahaya matahari
Matahari memberikan energi yang menggerakkan hampir seluruh ekosistem, meskipun hanya tumbuhan dan organisme fotosintetik lain yang menggunakan sumber energi ini secara langsung. Cahaya juga penting bagi perkembangan dan perilaku banyak tumbuhan dan hewan yang sensitif terhadap fotoperiode, yaitu panjang relatif siang dan malam hari (Campbell, 2002 : 273-274).
d)      Angin
Angin memperkuat pengaruh suhu lingkungan pada organisme dengan cara meningkatkan hilangnya panas melalui penguapan (evaporasi) dan konveksi. Angin juga menyebabkan hilangnya air di organisme dengan cara meningkatkan laju penguapan pada hewan dan laju transpirasi pada tumbuhan (Campbell, 2002 : 274).
e)      Batu dan tanah
Struktur fisik, pH, dan komposisi mineral batuan serta tanah akan membatasi persebaran tumbuhan dan hewan yang memakannya, sehingga menjadi salah satu penyebab timbulnya pola mengelompok pada area tertentu yang acak pada ekosistem terestrial (Campbell, 2002 : 274).


f)        Gangguan periodik
Gangguan yang sangat merusak seperti kebakaran, badai, tornado, dan letusan gunung berapi dapat menghancurkan komunitas biologis. Setelah adanya gangguan yang merusak, daerah akan dikolonisasi ulang oleh organisme yang selamat dari bencana, akan tetapi struktur komunitas akan mengalami suatu suksesi perubahan selama proses pemulihan (Campbell, 2002 : 274).
b.      Berdasarkan Fungsinya
Ditinjau dari jabatan fungsional organisme dalam habitatnya, ekosistem tersusun atas komponen-komponen :
1)      Produsen, semua organisme yang mampu membuat atau mensisntesis makanan sendiri (bersifat autotrof) dari bahan anorganik dengan bantuan energi cahaya matahari atau energi kimia. Produsen meliputi tumbuhan dan ganggang.
2)      Konsumen, semua organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organik sebagai makanannya yang diperoleh dari organisme lain, sehingga mereka bersifat heterotrof. Organisme ini meliputi manusia, hewan, jamur, dan mikroba.
3)      Dekomposer atau saprofit atau pengurai adalah organisme heterotrof yang menguraikan bahan organik yang berasal dari berbagai organisme yang sudah mati. Organisme pengurai menyerap hasil penguraian tersebut dan melepaskan bahan-bahan sederhana yang dapat digunakan kembali oleh produsen. Organisme yang termasuk pengurai adalah bakteri dan jamur (Aziz, 2008 : 248).
4)      Detritivor adalah organisme yang memakan partikel-partikel organik atau detritus. Detritus merupakan hancuran jaringan-jaringan hewan atau tumbuhan. Organisme detritivor antara lain cacing tanah, siput, keluwing, bintang laut, dan kutu kayu (Pratiwi, 2006 : 275).
2.      Interaksi antar Komponen Ekosistem
Diantara tiap komponen penyusun ekosistem terjadi interaksi.
a.       Interaksi Antarorganisme
Interaksi antarorganisme dalam komunitas ada yang sangat erat dan ada yang kurang erat. Interaksi antarorganisme dapat dikategorikan sebagai berikut.
1)      Netral
Hubungan tidak saling mengganggu antarorganisme dalam habitat yang sama yang bersifat tidak menguntungkan dan tidak merugikan kedua belah pihak (Aziz, 2008 : 249).
2)      Predasi
Hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator). Sebagian pemangsa memiliki indera yang sangat tajam yang membuat mereka dapat menemukan dan mengidentifikasi mangsa yang potensial. Melalui pertemuan yang berulang-ulang dengan pemangsa selama waktu evolusioner, berbagai adaptasi pertahanan telah berkembang pada spesies mangsa (Campbell, 2002 : 365).
3)      Parasitisme
Hubungan antarorganisme yang berbeda spesies dimana salah satu spesies diuntungkan dan spesies yang lain dirugikan. Dalam parasitisme, suatu organisme parasit mendapatkan makanannya dari organisme lain yaitu inangnya (Campbell, 2002 : 368).
4)      Komensalisme
Hubungan antarorganisme yang berbeda spesies dimana salah satu spesies diuntungkan, dan spesies lainnya tidak dirugikan ataupun diuntungkan. Komensalisme sesungguhnya hanya menguntungkan salah satu spesies yang terlibat. Dengan demikian setiap perubahan evolusioner dalam hubungan tersebut hanya terjadi pada yang memperoleh keuntungan (Campbell, 2002 : 372).
5)      Mutualisme
Hubungan antarorganisme yang berbeda spesies yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Hubungan mutualistik mensyaratkan evolusi adaptasi pada kedua spesies yang terlibat, karena perubahan dalam salah satu spesies kemungkinan besar mempengaruhi daya tahan hidup dan reproduksi spesies yang lain (Campbell, 2002 : 372-373).
b.      Interaksi Antarpopulasi
Dalam suatu komunitas, antara populasi satu dengan populasi lain selalu berinteraksi, baik secara langsung maupun tidak langsung misalnya alelopati. Alelopati merupakan interaksi antarpopulasi, jika populasi yang satu menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain. Selain itu, terdapat pula kompetisi interspesifik, yang terjadi jika antarpopulasi terdapat kepentingan yang sama sehingga terjadi persaingan untuk mendapatkan apa yang diperlukan (Pratiwi, 2006 : 276).
c.       Interaksi Antarkomunitas
Interaksi antarkomunitas cukup kompleks karena tidak hanya melibatkan organisme, tetapi juga aliran energi dan makanan. Contoh komunitas adalah danau dan sawah. Antara komunitas danau dan sawah terjadi interaksi dalam peredaran nutrien dari air danau (irigasi) ke sawah dan peredaran organisme hidup dari kedua komunitas tersebut (Aziz, 2008 : 250).
d.      Interaksi antara Komponen Biotik dengan Abiotik
Interaksi antara komponen biotik dengan abiotik menyebabkan terjadinya aliran energi dalam suatu sistem. Selain aliran energi, di dalam ekosistem terdapat juga struktur atau tingkat trofik, keanekaragaman biotik serta siklus materi (Pratiwi, 2006 : 276).
3.      Aliran Energi dan Daur Biogeokimia
a.       Aliran Energi
Aliran energi merupakan perpindahan energi dari organisme yang satu ke organisme yang lainnya. Energi yang berasal dari matahari masuk ke lingkungan biotik melalui proses fotosintesis. Perubahan bentuk energi yang satu ke bentuk energi yang lain disebut transformasi energi. Setiap perubahan energi selalu terjadi kehilangan energi yang masuk ke dalam ekosistem karena digunakan untuk melakukan kerja atau akan keluar lagi ke lingkungan abiotik sebagai panas (Aziz, 2008 : 252).

 








Gambar 2.3 Aliran energi dan materi
(Sumber : http://soerya.surabaya.go.id/AuP/e-DU.KONTEN/edukasi.net/SMA/Biologi/Aliran.Energi/images/hal7.jpg)
1)      Rantai Makanan
Rantai makanan adalah perpindahan materi dan energi dari organisme satu ke organime lain melalui proses makan dan dimakan dengan urutan tertentu (Aziz, 2008 : 254).



Gambar 2.4 Rantai Makanan (Sumber : http://2.bp.blogspot.com/_4IwHTsRufBg/S5MRlt_iI0I/ AAAAAAAACNk/p03asfBiIVk/s320/RANTAI+MAKANAN.bmp)

2)      Jaring-jaring Makanan
Hubungan makan memakan dalam suatu ekosistem umumnya saling jalin-menjalin menjadi suatu jaring-jaring makanan yang rumit (Campbell, 2002 : 389)
 






Gambar 2.5 Jaring-jaring makanan
(Sumber : http://4.bp.blogspot.com/-2vgxXgRRqng/TghMWCznwhI/
AAAAAAAAAAk/t5AKLo7vVKo/s1600/jaring-makanan1.jpg)
3)      Tingkat Trofik
Tingkat trofik yang secara mendasar mendukung yang lainnya dalam suatu ekosistem terdiri dari organisme autotrof, atau produsen primer (primary producer) ekosistem tersebut. Organisme dalam tingkat trofik diatas produsen primer adalah heterotrof yang secara langsung atau tidak langsung bergantung pada hasil fotosintetik produsen primer (Campbell, 2002 : 388-389).
Gambar 2.6 Tingkat Trofik dalam suatu Rantai Makanan
(Sumber : https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifvfWfsF6LEKm_eQeI6V_IsLAr3OkxDmyzaYTvpK9pgJ_5DhJKMVGqpwL1dS4Vfp2rMBw5fvV-KJW4JUGsVnf3wfVkyIoAFOsc17K5JpwoTC2PYSJ9axP0_5zWdqHkvSZUlTDM_kmosCRK/s1600/Piramida+Ekologi.png)
4)      Piramida Ekologi
Struktur trofik pada ekosistem dapat disajikan dalam bentuk piramida ekologi. Ada tiga jenis piramida ekologi, yaitu piramida jumlah, piramida biomassa, dan piramida energi.
a)      Piramida Jumlah
Menggambarkan jumlah individu dalam populasi yang menempati tingkat trofik tertentu. Penentuan tingkat trofik pada piramida jumlah didasarkan pada perhitungan jumlah individu tiap satuan luas (per m2) (Aziz, 2008 : 256).
Gambar 2.7 Piramida Jumlah
(Sumber : http://www.e-dukasi.net/file_storage/modul_online/MO_150/ Image/piramida%20jumlah(1).jpg)

b)      Piramida Biomassa
Piramida biomassa berfungsi menggambarkan perpaduan massa seluruh organisme di habitat tertentu, dan dinyatakan dengan gram piramida biomassa lebih jelas menggambarkan hubungan antartingkat trofik daripada piramida jumlah (Aziz, 2008 : 256).


Gambar 2.8 Piramida Biomassa
(Sumber : http://4.bp.blogspot.com/_dDqCK7p8E3k/TAZeQc4KSOI/ AAAAAAAAAIQ/F5vmjCu_M8E/s320/biomassa.jpeg)

c)      Piramida Energi
Piramida energi mampu memberikan gambaran paling akurat tentang kecepatan aliran energi dalam ekosistem atau produktivitas pada tingkat trofik suksesif. Penentuan tingkat trofik pada piramida energi didasarkan pada energi yang dapat dikeluarkan oleh individu yang dinyatakan dalam kkal/m2/hari (Aziz, 2008 : 257).
Gambar 2.9 Piramida Energi
b.      Daur Biogeokimia
Aliran energi dan zat-zat kimia merupakan suatu proses integrasi fungsional, yang keduanya merupakan suatu pasangan karena energi disimpan dalam ikatan kimia. Aliran ini terjadi diantara tingkat trofik serta diantara komponen-komponen biotik dengan abiotik menggabungkan ekosistem ke dalam suatu unit fungsional. Ketika energi dilepaskan melalui proses pernapasan, maka senyawa-senyawa yang terlibat mengalami degradasi, dan unsur-unsur kimiawinya dilepaskan ke habitat, yang dapat digunakan kembali.
Menurut Hutchinson (1950) dalam Irwan (2003 : 76), siklus biogeokimia merupakan suatu pertukaran atau perubahan yang terus-menerus dari bahan-bahan antara komponen biotik dan abiotik.  Berdasarkan sumber yang ada di alam, siklus biogeokimia dapat dibagi dalam dua golongan (tipe) yaitu :
1)      Tipe gas, sebagai sumbernya atmosfer dan lautan (hidrosfer), misalnya siklus nitrogen, karbon, dan lain-lain.
2)      Tipe sedimen, sumbernya adalah batuan bumi seperti fosfor dan sulfur (Irwan, 2003 : 78).
Berikut adalah beberapa dari daur biogeokimia.
1)      Daur Nitrogen
Nitrogen adalah salah satu unsur kimia lain dalam ekosistem. Nitrogen ditemukan pada semua asam amino, yang merupakan penyusun protein organisme-organisme. Nitrogen tersedia bagi tumbuha hanya dalam bentuk dua mineral yaitu NH4+ (amonium) dan NO3- (nitrat). Meskipun atmosfer Bumi hampir 80% terdiri atas nitorgen, unsur ini sebagian besar terdapat dalam bentuk gas nitogen (N2), yang tidak tersedia bagi tumbuhan. Nitrogen memasuki ekosistem melalui dua jalur alamiah yang keutamaan relatifnya sangat bervariasi dari suatu ekosistem ke ekosistem lain. Jalur lain untuk masuknya nitrogen ke ekosistem adalah melalui fiksasi nitrogen (nitrogen fixation) (Campbell, 2002 : 398)
Gambar 2.10 Daur Nitrogen
(Sumber : Campbell, 2002 : 399)
2)      Daur Karbon
Karbon adalah bahan penyusun dasar semua senyawa organik. Pergerakannya melalui suatu ekosistem bersamaan dengan pergerakan energi, melebihi zat kimia lain; karbohidrat dihasilkan selama fotosintesis, dan CO2 dibebaskan bersama energi selama respirasi. Dalam siklus karbon proses timbal balik fotosintesis dan respirasi seluler menyediakan suatu hubungan antara lingkungan atmosfer dan lingkungan terestrial (Campbell, 2002 : 397).
Gambar. 2.11 Daur Karbon
(Sumber : http://1.bp.blogspot.com/-NfANcVqesX4/TZfP0kwzqnI/ AAAAAAAAAV4/pSLnnJ809cU/s320/ES++we31.jpg)
3)      Daur Fosfor
Organisme memerlukan fosfor sebagai bahan penyusun utama asam nukleat, fosfolipid, ATP dan pembawa energi lainnya, serta sebagai salah satu mineral penyusun tulang dan gigi. Dalam beberapa hal, siklus fosfor lebih sederhana dibandingkan dengan siklus karbon atau siklus nitrogen. Siklus fosfor tidak meliputi pergerakan melalui atmosfer, karena tidak ada gas yang mengandung fosfor secara signifikan. Selain itu, fosfor hanya ditemukan dalam satu bentuk anorganik penting, fosfat (PO43-), yang diserap oleh tumbuhan dan digunakan untuk sintesis organik (Campbell, 2002 : 399).
Gambar 2.12 Daur Fosfor
(Sumber : http://1.bp.blogspot.com/-Dlmd0lN6lFc/TZfP38J7HaI/ AAAAAAAAAV8/5fZjPJHFp50/s320/ES++we33.jpg)




4)      Daur Sulfur
Di atmosfer, sulfur ditemukan dalam bentuk SO sebagai hasil pembakaran bahan (bahan yang mengandung sulfur), misalnya batu bara dan minyak bumi. Di alam, sulfur anorganik dalam bentuk sedimen sebagai sulfida besi. Tumbuhan menyerap sulfur ion SO dari hasil oksidasi pada permukaan batuan yang dilakukan bakteri sulfur. Ion SO yang diserap tumbuhan digunakan untuk menyusun asam amino dan protein, yang selanjutnya digunakan organisme lain (Campbell, 2002 : 259).
Gambar 2.13 Daur Sulfur
(Sumber : https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEggELFxXmQhJTbu8MIFWwWzK1MaMsT8vNZXoI4T517fn2Jf312qEVUDXH9I-Pp4DX6jOyAJv-2Azuivfnxt2hCz2V-5qgYP-M0MHnzPRJuiLRArECo-BkRnI8sE8jTFEEeT9I7JXrIQkObZ/s320/112537-004-22841CF2.gif)
Materi ekosistem dipelajari untuk mengajarkan siswa bahwa sebagai individu manusia tidak dapat berdiri sendiri. Dalam lingkungan setiap makhluk hidup saling ketergantungan satu sama lain sehingga tercipta kehidupan yang harmonis di alam. Apabila salah satu komponen terganggu kelestariannya, maka komponen yang lain pun akan mengalami perubahan dalam siklus hidupnya. Oleh karena itu, manusia sebagai organisme yang kedudukannya paling tinggi di alam semesta ini harus dapat menjaga kelestariannya lingkungan sekitar agar semuanya berjalan sesuai fungsinya.