BAB
II
KAJIAN
TEORETIS
A.
Respon
Siswa Terhadap Pembelajaran Advance Organizer
1.
Pengertian
Respon
Dalam kajian psikologi, istilah
respon digunakan terhadap perilaku individu dalam hubungannya dengan
lingkungannya. Dalam penerapannya respon selalu berkaitan dengan istilah
stimulus yang diberikan lingkungannya, sehingga hubungan antara stimulus dengan
respon dikatakan sebagai formula interaksi lingkungan.
Berpegang kepada hasil dari
interpretasi apakah individu mungkin atau tidak mungkin mencapai tujuan yang diharapkan,
maka ia memberikan respon. Menurut Sukmadinata (2007: 158), respon merupakan
suatu usaha coba-coba (Trial and error), atau usaha yang penuh
perhitungan dan perencanaan atau pun ia menghentikan usahanya untuk mencapai
tujuan tersebut.
Menurut Suryabrata (2006: 287),
respon ialah “reaksi objektif dari individu terhadap stimulus yang berasal dari
lingkungannya dengan menggunakan alat yang disebut efektor”. Menurut Sujanto
(2009: 31), respon atau tanggapan sebagai salah satu jiwa yang pokok, dapat diartikan
sebagai “gambaran pengamatan yang tinggal di kesadaran kita sesudah mengamati”.
Hereditas dan lingkungan hanyalah
merupakan dua segi utama dari proses belajar. Segi lain yang juga penting
adalah respon atau tanggapan siswa. Para siswa memberikan respon terhadap suatu
perangsang dengan berbagai tingkat kekuatan dan tujuan, kekuatan ini sebagian
berasal dari kondisi-kondisi jasmaniah, sebagian lagi berasal dari pengamatan
dan motivasi (Hamalik, 2007: 46). Menurut Suryabrata yang dikutip dari Bigot dkk
(1950: 72), bahwa respon atau tanggapan ialah “bayangan yang tinggal dalam
ingatan setelah kita melakukan pengamatan”.
Dari beberapa pernyataan para ahli
diatas dapat disimpulkan bahwa respon atau tanggapan yaitu proses menerima,
menafsirkan, dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui indera-indera
seperti mata dan telinga.
2.
Macam-macam
Respon
Menurut Azwar (2007: 15), respon
timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya
reaksi individual. Respon evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang
dinyatakan sebagai sikap, timbulnya didasari oleh proses evaluasi dari individu
yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk baik-buruk,
positif-negatif, menyenangkan-tidak menyenangkan, yang kemudian mengkristal
sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap.
Azwar (2008: 7), mengklasifikasikan
respon ke dalam tiga jenis, yaitu: 1) respon kognitif (respon perseptual dan
pernyataan mengenai yang diyakini), 2) respon afektif (respon saraf simpatik
dan pernyataan afeksi), 3) respon perilaku atau konatif (respon yang berupa
tindakan atau pernyataan mengenai perilaku).
Adapun menurut Sumanto (2003: 25),
membagi respon menjadi tiga jenis, yaitu: 1) respon masa lalu/lampau, yang
sering disebut sebagai tanggapan ingatan, 2) respon masa sekarang yang biasa
disebut sebagai tanggapan imajinatif, 3) respon masa mendatang , yang dapat
disebut tanggapan antisipatif.
Dari beberapa pendapat diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis respon yaitu: 1) respon kognitif, 2) respon
afektif, 3) respon psikomotor. Dengan melihat salah satu diantara ketiga bentuk
respon tersebut, maka sikap atau perilaku seseorang khususnya siswa, akan
diketahui hanya melihat salah satu diantara ketiga bentuk respon tersebut.
3.
Indikator
Respon
Setiap
orang akan berbeda dalam memberikan respon terhadap stimulus yang sama. Azwar (2008:
10), mengatakan bahwa satu stimulus dapt menimbulkan lebih dari satu respon
yang sama, hal ini tergantung kepada faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dengan
demikian, dalam merespon atau stimulus
akan didapat individu yang memberikan respon positif dan negatif.
Sebagaimana
yang telah dikatakan bahwa respon merupakan suatu reaksi individu terhadap
stimulus tertentu yang diwujudkan dalam bentuk perilaku atau dengan kata lain
responsif atau tindaknya individu terhadap stimulus dapat dilihat dari perilaku
individu sehubungan dengan stimulus tersebut, sehingga pengukuran respon adalah
pengukuran individu dalam mereaksi suatu stimulus.
Penjelasan
mengenai indikator respon menurut Ahmadi (1999: 166) bahwa respon di sekolah
tidak terlepas dari respon positif dan respon negatif, yaitu:
1.
Respon positif :
sikap yang menunjukan atau perhatian, menerima, mengakui, menyetujui serta
melaksanakan norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada.
2.
Respon negatif :
sikap yang menunjukan atau memperhatikan penolakan atau tidak menyetujui
norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada.
Menurut
Syah (2004: I50) pada sifat positif ditandai dengan sikap menerima, mengagumi,
menunjukan perhatian, sedangkan sikap negatif ditandai dengan adanya sikap
menolak, menunjukan penghindaran, tidak menghargai serta acuh tak acuh.
Individu yang telah menerima rangsangan atau stimulus, baik dari dalam diri
individu ataupun dari luar, maka tampak bahwa individu itu telah merespon
terhadap stimulus yang ada dengan cara atau indikator tertentu. Individu
merespon dalam bentuk ungkapan, atau dimanifestasikan dalam perilaku atau
tindakan baik positif maupun negatif dalam merespon stimulus tertental
Indikator respon tersebut tidak lepas dari tiga aspek, yakni aspek kognitif,
afektif dan konatif.
Hal
ini senada dengan pernyataan Resonberg dan Hovland yang dikutip oleh Azwar
(2008: 19-21) yang telah melakukan análisis terhadap berbagai respon yang dapat
dijadikan penyimpulan sikap. Hasiinya terindikasi dalam tiga ranah, yaitu
kognitif, afektif dan konatif. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
1)
Respon kognitif
a)
Verbal:
Pernyataan mengenai apa yang dipercaya atau diyakini mengenai objek sikap.
Contohnya kita mengetahui apakah seseorang memiliki sikap positif terhadap
pendidikan, misalnya ia mengatakan bahwa ia percaya akan pentingnya
mendengarkan, memperhatikan serta bertanya terhadap setiap pelajaran yang
disampaikan guru akan dapat menguasai dan memahaminya dengan baik.
b)
Non verbal:
Reaksi perseptual terhadap objek suatu sikap. Hal ini lebih sulit untuk
diungkap disamping informasi tentang sikap yang diberikannya pun lebih bersifat
tidak langsung. Contohnya reaksi seseorang terhadap artikel-artikel atau gambar-gambar
mengenai fenomena dunia pendidikan sekarang ini, apakah ia menaruh perhatian
terhadap berita-berita bagaimana sulitnya anak-anak yang ingin sekolah karena
terbatasnya biaya juga bagaimana seorang anak yang sulit berdisiplin dalam
belajar baik dirumah maupun disekolah padahal kedua orang tuanya mampu.
2)
Respon afektif
a)
Verbal:
Pemyataan perasaan seseorang terhadap objek sikap. Contohnya apabila
seseorang memberikan komentar
negatif terhadap perbuatan guru
yang menghukum keras terhadap siswa karena tídak mengerjakan tugasnya sebagai
seorang siswa.
b)
Non verbal:
Reaksi físíologis terhadap objek sikap, seperti: ekspresi muka yang mencibir,
tersenyum, gerakan tangan dan sebagainya yang dapat menjadi indikasi perasaan
seseorang apabila dihadapkan pada suatu objek.
3)
Respon konatíf
a)
Verbal:
Pernyataan intensi perilaku. Dalam bentuk verbal hal ini terungkap dalam bentuk
pemyataan keinginan atau kecenderungan untuk melakukan sesuatu. Contohnya
keikutsertaan atau terjun langsung dalam mendidik anak yang tidak mempunyai
kedisiplinan belajar asal-asalan menjadikan lebih sungguh-sungguh dalam
belajarnya.
b)
Non verbal:
Perilaku tampak sehubungan dengan objek sikap. Respon non verbal dapat berupa
ajakan pada orang laín. Misalnya, mengajak para orang tua agar bisa membimbing
dan mengarahkan anaknya agar biasa belajar dengan baik.
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa respon belajar, respon afektif, dan
respon konatif memiliki respon verbal maupun non verbal dalam setiap ranah
masing-masing. Masing-masing klasifikasi
respon berhubungan dengan
ketiga komponen sikapnya, dengan
melihat salah satu saja diantara ketiga bentuk respon tersebut maka sikap
seseorang sudah dapat diketahui.
B.
Model
Pembelajaran Advance Organizer
1.
Model
Pembelajaran Advance Organizer
Model pembelajaran Advance
Organizer merupakan suatu model pembelajaran yang dimulai dengan mengarahkan
para siswa ke materi yang akan mereka pelajari dan mendorong mereka untuk
mengingat kembali informasi yang berhubungan yang digunakan dalam membantu
menanamkan pengetahuan baru. Dalam istilah indonesia, advance organizer
diartikan dengan bermacam-macan makna, diantaranya sebagai pengaturan awal,
pemandu awal, dan pembangkit motivasi.
Model
advance organizer sendiri dipelajari dan dikembangkan oleh David Ausubel pada
tahun 1963. Menurut Ausubel, model pembelajaran Advance Organizer bertujuan
untuk memperkuat susunan kognitif siswa atau pengetahuan mereka tentang
pelajaran tertentu dan bagaimana mengelola, mempeijelas dan memelihara
pengetahuan tersebut dengan baik (Joyce, Weil & Calhoun: 281). Dengan kata
lain, struktur kognitif siswa harus sesuai dengan jenis pengetahuan dalam
bidang apa yang ada dalam pikiran kita, seberapa banyak pengetahuan tersebut,
dan bagaimana pengetahuan ini dikelola.
Model
ini telah digunakan di hampir semua pelajaran dan pada siswa-siswa seluruh
tingkatan umur. Model ini pula dapat dengan mudah dikombinasikan dengan model
lain, misalnya ketika presentasi digabungkan dengan kegiatan induktif. Ausubel
percaya bahwa struktur kognitif yang ada dalam diri seseorang merupakan faktor
utama yang menentukan apakah materi baru akan bermanfaat atau tidak dan
bagaimana pengetahuan yang baru ini dapat diperoleh dan dipertahankan dengan
baik. Sebelum kita dapat menyajikan materi baru secara efektif, kita harus
meningkatkan stabilitas dan kejelasan struktur siswa. Hal ini dapat dilakukan
dengan memberikan mereka konsep-konsep yang dapat menentukan informasi untuk
dipresentasikan pada mereka.
Secara
umum tujuan Advance Organizer adalah menjelaskan, mengintegrasikan, dan
menginterkorelasikan materi yang dipelajari sebelumnya. Advance organizer
membantu siswa membedakan materi baru dan materi yang sebelumnya dipelajari.
Didalam
proses pembelajarannya, guru berperan sebagai pengelola materi pelajaran dan
menyajikan infonnasi melalui ceramah, membaca dan penyediaan tugas pada siswa
dalam memadukan apa yang telah dipelajari. Dalam pendekatannya, guru
bertanggung jawab dalam mengelola dan mempresentasikan apa yang akan
dipelajari. Sedangkan peran utama siswa sendiri adalah menguasai gagasan dan
informasi. Sementara pendekatan-pendekatan induktif dapat menuntun siswa
menemukan kembali konsep-konsep, maka advance organizer menyediakan
konsep--konsep dan prinsip-prinsip pada siswa secara langsung (Joyce, Weü &
Calhoun, 2011:281).
Advance
Organizer berfungsi dalam memberikan dukungan untuk informasi
baru untuk memudahkan menghubungkan pengetahuan baru dengan konsep yang telah
ada pada struktur kognitif siswa, sehingga terjadi belajar bermakna. Advance
Organizer mengarahkan perhatian siswa kepada sesuatu yang penting dalam
maten yang akan datang; menyoroti hubungan-hubungan antar gagasan yang akan
disajikan; dan mengingatkan siswa akan informasi relevan yang telah siswa
miliki. Advance Organizer membantu menghimpun materi baru dengan
menjabarkan, menyusun gagasan utama materi baru berdasarkan pada apa yang telah
diketahui siswa.
Dalam
menghubungkan apa yang telah diketahui siswa dengan informasi baru yang akan
disajikan dalam pelajaran, penggunaan Advance Organizer harus
menggunakan istilah dan konsep yang dikenal siswa, hal ini dapat membantu dalam
proses-proses mentransformasi pengetahuan secara kreatif dan menerapkannya
dalam situasi-situasi baru. Proses ini membantu memasukan informasi baru
kedalam ingatan jangka panjang. Advance organizer tidak harus
menjadi panjang atau kompleks, namun
harus secara jelas dipahami dan berhubungan dengan materi.
Advance
organizer sangat berguna dalam proses transfer pengetahuan
untuk menambah efesiensi kapasitas proses informasi untuk menyerap dan
menghubungkan struktur pengetahuan.
Secara
umum, tujuan advance organizer adalah menjelaskan, mengintegrasikan, dan
menginterkorelasikan materi dalam pembelajaran dengan materi yang dipelajari
sebelumnya. Advance organizer yang paling efektif adalah menggunakan
konsep, istilah-istilah, dan dalil-dalil yang sudah dikenal siswa serta
diilustrasikan dengan analogi yang tepat. Tujuan ini tercapai jika pengembangan
rencana pembelajaran dilakukan sesuai dengan tuntutan kurikulum, artinya
kurikulum benar-benar berfungsi sebagai pedoman pengajaran.
2.
Struktur
dan Tahapan Model Pembelajaran Advance Organizer
Adapun
struktur dari pengajaran model
pembelajaran Advance Organizer (Joyce, Weil dan Calhoun: 201) yaitu:
1.
Tahap Pertama
(Presentasi Advance Organizer)
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
tahapan ini adalah sebagai berikut:
a.
Mengklarifikasi
tujuan pengajaran
Dalam hal ini dimaksudkan untuk
membangun perhatian peserta didik dan menuntun mereka pada tujuan pembelajaran
dimana keduanya merupakan hal penting untuk membantu terciptanya belajar
bermakna.
b.
Menyajikan
organizer
Dalam tahap ini, guru menyajikan teks,
gambar atau tayangan multimedia sebagai organizer terkait dengan materi
yang akan disampaikan pada tahap kedua. Selanjutnya, mintalah siswa untuk
mengingat kembali apa yang telah diajarkan minggu lalu atau tahun lalu yang
berkaitan dengan teks, gambar, atau tayangan multimedia yang diberikan. Diharapkan,
tahap ini akan membentuk kerangka konsep dalam susunan kognitif siswa.
c. Mendorong kesadaran pengetahuan dan pengalaman dari
siswa.
Pada bagian ini siswa harus berperan aktif dalam bentuk memberikan respon
terhadap presentasi organisasi yang telah diberikan oleh guru.
2.
Tahap kedua
(presentasi tugas atau materi pembelajaran)
Tahap kedua ini, materi pembelajaran
dipresentasikan dan dikembangkan dalam bentuk diskusi, ekspositori, atau siswa
memperhatikan gambar-gambar, melakukan percobaan, atau membaca teks yang
masing-masing diarahkan pada tujuan pengajaran yang ditunjukkan pada langkah
pertama.
Pada tahap ini
juga, guru memberikan soal-soal latihan mulai dari yang mudah, sedang, sampai
yang sukar untuk melatih proses berpikir siswa tentang materi yang disampaikan
oleh guru, sehingga siswa dapat mengetahui sejauh mana kemampuan yang
dimiliknya dan dapat memperbaiki kesalahan yang dilakukannya.
3. tahap ketiga
(memperkuat susunan kognitif)
Tujuan
dalam tahap ketiga adalah meletakkan materi pembelajaran baru ke dalam struktur
kognitif siswa yang sudah ada, yakni memperkuat pengolahan kognitif siswa.dalam
memperkuat susunan kognitif siswa, lakukan hal-hal dibawah ini :
a.
meminta
ringkasan tentang sifat-sifat penting dari materi pembelajaran yang baru
b.
menguatkan dan
mengoreksi konsep dari materi yang telah dipelajari. Dalam menguatkan konsep,
yang dilakukan guru adalah mengulangi definisi-definisi/ istilah-istilah asing
yang telah diberikan pada kegiatan belajar di tahap kedua, yang menurut guru
istilah-istilah tersebut penting.
c.
menanyakan
perbedaan-perbedaan di antara aspek materi.Disini siswa diminta memaparkan
perbedaan-perbedaan diantara konsep materi yang diberikan, atau memaparkan
persamaan-persamaanya.
d.
mengklarifikasi
jika ada kesalahan konsep dari apa yang telah dipaparkan siswa.
Secara
ringkasnya, struktur pengajaran model advance organizer tersebut dapat
dilihat dalam tabel berikut :
Tabel
2.2 : Struktur Model Pembelajaran Advance Organizer
Tahap Pembelajaran
|
Jenis Kegiatan
|
Tahap
presentasi advance organizer
|
-
Meyampaikan
tujuan pembelajaran
-
Menyajikan
teks, gambar, atau tayangan multimedia
-
Tanya jawab
terkait teks, gambar, atau tayangan multimedia yang telah diberikan
|
Tahap
presentasi tugas atau materi pembelajaran
|
-
Penyajian
materi
-
Diskusi
-
Mengerjakan
LKS
-
Pemberian
tugas berupa soal-soal
|
Tahap
memperkuat susunan kognitif
|
-
Siswa
meringkas materi pembelajaran yang telah diberikan
-
Mengulangi
definisi-definisi atau istilah-istilah yang dianggap penting
-
Siswa
memaparkan perbedaan-perbedaan di antara konsep materi yang diberikan
-
Mengklarifikasi
|
3.
Tujuan
dan Manfaat Advance Organizer
Advance
organizer mempunyai tiga tujuan sebagai berikut:
1.
Memberikan
arahan bagi siswa untuk mengetahui apa yang terpenting dari materi yang
dipelajarinya.
2.
Menghighlight
diantara hubungan-hubungan yang akan dipelajari
3.
Memberikan
penguatan terhadap pengetahuan yang diperoleh/dipelajari.
Sedangkan
manfaatnya adalah:
1.
Dapat
menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi belajar yang akan dipelajari
siswa.
2.
Dapat berfungsi sebagai
jembatan yang menghubungkan antara apa yang sedang dipelajari siswa “saat ini”
dengan “apa” yang akan dipelajari.siswa.
3.
Mampu membantu
siswa untuk memahami bahan pelajaran secara lebih mudah.
4.
Kelebihan
Dan Kekurangan Model Pembelajaran Advance Organizer
Kelebihan
model advance organizer dalam pengajaran adalah sebagai berikut:
a.
Siswa dapat
berinteraksi dengan memecahkan masalah untuk menemukan konsep-konsep yang
dikembangkan
b.
Dapat
membangkitkan perolehan materi akademik dan keterampilan social siswa
c.
Dapat mendorong
siswa untuk mengetahui jawaban pertanyaan yang diberikan (siswa semakin aktif)
d.
Dapat melatih
siswa meningkatkan keterampilan siswa melalui diskusi kelompok
e.
Meningkatkan
ketrampilan berfikir siswa baik secara individu mupun kelompok
f.
Menambah
kompetensi siswa dalam kelas
Namun
sebagai model pembelajaran, advance organizer juga memiliki kekurangan dalam
proses pengajaran, yaitu dibutuhkan control yang intensif dari guru, sehingga
bila siswa terlalu banyak, proses pembelajaran kurang efektif.
D.
Pembelajaran
Aktif
Pembelajaran aktif adalah belajar yang memperbanyak
aktivitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dari berbagai sumber, untuk
dibahas dalam proses pembelajaran dalam kelas, sehingga memperoleh berbagai
pengalaman yang tidak saja menambah pengetahuan, tapi juga kemampuan analisis
dan sintesis (Rosyada dalam Nurhayati, 2008).
Keaktifan siswa tidak hanya keaktifan fisik tapi juga
keaktifan mental. Belajar aktif sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran
yang bermuara pada belajar mandiri, maka kegiatan belajar mengajar yang
dirancang harus mampu melibatkan siswa secara aktif. Siswa dan guru dalam
belajar aktif sama berperan untuk menciptakan suatu pengalaman belajar yang
bermakna.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran aktif adalah suatu metode belajar yang mana siswa tidak hanya
sekedar mendengarkan informasi yang disampaikan oleh guru, akan tetapi siswa
juga melihat apa yang dijelaskan oleh guru dan terakhir siswa melakukan atau
mencobakan langsung apa yang telah dipelajari untuk memperoleh hasil belajar.
Sekolah yang melakukan pembelajaran aktif dengan baik
harus mempunyai karakteristik, yaitu: pembelajaran berpusat pada siswa, guru
membimbing dalam terjadinya pengalaman belajar, tujuan kegiatan tidak hanya
sekedar mengejar standar akademis, pengelolaan kegiatan pembelajaran dan
penilaian (Joni, R dalam Nurhayati, 2008).
- Pembelajaran berpusat pada siswa. Siswa berperan lebih aktif dalam mengembangkan cara-cara belajar mandiri. Siswa berperan serta pada perencanaan, pelaksanaan dan penilaian proses belajar. Pengalaman siswa lebih diutamakan.
- Guru membimbing dalam terjadinya pengalaman belajar. Guru bukan satu-satunya sumber belajar. Guru merupakan salah satunya sumber belajar, yang memberikan peluang bagi siswa agar dapat memperoleh pengetahuan atau ketrampilan sendiri melalui usaha sendiri, dapat mengembangkan motivasi dari dalam dirinya, dan dapat mengembangkan pengalaman untuk membuat suatu karya.
- Tujuan kegiatan pembelajaran tidak hanya untuk sekedar mengejar standar akademis. Selain pencapaian standar akademis, kegiatan ditekankan untuk mengembangkan siswa secara utuh dan seimbang.
- Pengelolaan kegiatan pembelajaran ditekankan pada kreativitas siswa, dan memperhatikan kemajuan siswa untuk menguasai konsep-konsep dengan mantap.
- Penilaian dilakukan untuk mengukur dan mengamati kegiatan dan kemajuan siswa, serta mengukur ketrampilan dan hasil belajar siswa.
E.
Hasil Belajar Siswa
1.
Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan kata majemuk yang
terdiri dari dua kata dasar, yaitu hasil dan belajar. Hasil artinya pendapatan,
perolehan, buah akibat, kesudahan, sesuatu yang diadakan oleh usaha (Tim
Penyusun Pusat Bahasa, 2002: 391). Sedangkan belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
lingkungannya (Slameto, 2010:2).
Menurut Hamalik (2003) dalam Jihad (2009: 2) belajar adalah
modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman yang merupakan suatu
proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungannya. Belajar
bukan hanya mengingat akan tetapi mengalami. Menurut Sudjana (2003) dalam Jihad
(2009: 2) berpendapat, belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil proses belajar dapat
ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman,
sikap, dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, serta perubahan aspek-aspek yang ada pada
individu yang belajar. Perubahan yang dihasilkan tidak terjadi begitu saja, tetapi memerlukan proses, menurut
Bruner dalam Nasution (2000: 9) proses belajar itu dibedakan menjadi tiga
fase, yaitu informasi, transformasi dan
evaluasi.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil
belajar adalah perubahan perilaku secara keselumhan bukan hanya satu aspek
potensi kemanusiaan saja melainkan komprehensif. Berdasarkan
pemyataan-pemyataan di atas bahwa hasil belajar selalu berkaitan
dengan perubahan tingkah
laku dengan pengetahuan, sikap
dan keterampilan setelah menjalani proses belajar atau pengalaman.
2.
Tipe Hasil Belajar Kognitif
Tujuan utama adalah mengarahkan
perkembangan tingkah laku sebagai pencerminan dari hasil belajar yang dicapai
oleh yang bersangkutan. Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki oleh
siswa tersebut memperoleh pengalaman belajar yang meliputi ranah kognitif, afektif dan
psikomotor. Salah satu kemampuan utama sebagai hasil belajar adalah kemampuan
kognitif.
Neisser (1976) dalam Syah (2010: 65) cognition (kognisi) ialah
perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. Sementara Chaplin (1972) dalam
Syah mengatakan istilah kognitif menjadi populer sebagai salah satu domain atau
wilayah/ranah psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang
berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan
masalah, kesengajaan, dan keyakinan, Ranah kejiwaan yang berpusat di otak juga
berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian
dengan ranah rasa.
Revisi taksonomi Bloom membagi tingkat kemampuan atau tipe hasil
belajar yang termasuk aspek kognitif menjadi enam, yaitu recall, understand,
apply, analyze, evaluate, dan create (Anderson, L.W, &
Krathwohl, 2001).
Keenam tingkat ini disusun berjenjang tidak boleh saling
mendahului yang dimulai dari tingkat sederhana sampai pada tingkat paling
kompleks, yaitu:
a.
Mengingat
(Recall) ialah tingkat kemampuan yang hanya meminta responden (tester)
untuk mengenal atau mengetahui adanya konsep, fakta, atau istilah-istilah tanpa
harus mengerti, atau dapat dinilai, atau dapat menggunakannya. Dalam hal ini tester
biasanya hanya dituntut untuk menyebutkan kembali atau menghapal saja.
b.
Memahami
(Understand) adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan tester mampu
memahami arti atau konsep, situasi, serta fakta yang diketahui, tetapi memahami
konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan.
c.
Menerapkan (Apply) adalah
penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau situasi khusus. Dalam hal ini tester
dituntut kemampuannya untuk menerapkan atau menggunakan apa yang telah
diketahuinya dalam situasi yang baru baginya.
d.
Menganalisis (Analyze) yaitu
tingkat kemampuan tester untuk menganalisis atau menguraikan suatu integritas atau situasi
tertentu ke dalam komponen-komponen atau unsur-unsur pembentuknya. Pada
tingkat analisis, tester diharapkan dapat memahami dan sekaligus dapat
memilah-milahnya menjadi bagian-bagian.
e.
Menilai {Evaluate) adalah penyatuan
unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam suatu bentuk yang menyeluruh. Dengan
kemampuan evaluasi seseorang dituntut untuk dapat menemukan hubungan kausal
atau urutan tertentu.
f.
Mencipta (Create) adalah
kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan judgment yang
dimilikinya, dan kriteria yang dipakainya. Tipe hasil belajar ini dikategorikan
paling tinggi, dan terkandung semua tipe hasil belajar yang telah dijelaskan
sebelumnya. Dengan kemampuan mencipta, tester diminta untuk membuat
suatu penilaian tentang suatu pernyataan, konsep, situasi berdasarkan suatu
kriteria tertentu.
3.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil
Belajar
Menurut Slameto (2010: 54) bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar banyak jenisnya tetapi dapat
digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu:
a.
Faktor
intent, yaitu faktor yang ada di dalam diri individu yang sedang
belajar, meliputi faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh), faktor
psikologi (intelegensi, perhatian, respon, bakat, motif, kematangan, dan
kesiapan), dan faktor kelelahan (jasmani dan rohani).
b.
Faktor ekstern, yaitu faktor yang
berada di luar individu yang sedang belajar. Faktor ekstern yang
berpengaruh terhadap hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu
keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Sementara itu, menurut
Syah (2010:129) secara
umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat
dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
a.
Faktor internal (faktor dari dalam
siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa.
b.
Faktor pendekatan belajar {approach to
learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan model
pembelajaran yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran pada
materi-materi pembelajaran.
c.
Faktor pendekatan belajar (approach to
learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan
metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi
pelajaran.
Berdasarkan pemaparan para pakar di atas dapat disimpulkan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu ada tiga, yaitu faktor internal,
faktor eksternal, dan faktor pendekatan belajar.
F.
Hubungan Respon Siswa dengan Hasil Belajar
Respon yang dimiliki oleh seseorang akan berpengaruh terhadap
berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar. Orang yang memiliki respon yang
baik, akan memiliki banyak enenrgi untuk melakukan kegiatan belajar sehingga
pencapaian pemahaman akan mudah, akan tetapi tanpa adanya respon yang kuat/
baik maka akan sebaliknya. Dengan kata lain, pemahaman seseorang akan tinggi
apabila orang tersebut berusaha dengan tekun terutama apabila didasari dengan
adanya respon yang baik.
G. Tinjauan
Kurikulum Materi Ekosistem
Pada
kurikulum KTSP 2006 materi ekosistem membahas mengenai komponen-komponen
penyusun ekosistem, interaksi antarkomponen ekosistem, dan daur biogeokimia.
Hal tersebut dapat pula dilihat pada tabel 2.2 silabus pembelajaran materi
ekosistem berikut ini.
Tabel
2.3 Silabus Materi Ekosistem
Kompetensi
Dasar
|
Materi
Pembelajaran
|
Kegiatan
Pembelajaran
|
Indikator
|
4.1 Mendeskripsikan peran komponen ekosistem dalam
aliran energi dan daur biogeokimia serta pemanfaatan komponen ekosistem bagi
kehidupan.
|
1. Komponen Ekosistem
Komponen ekosistem terdiri dari unsur
biotik dan abiotik. Dalam ekosistem terjadi interaksi antar unsur biotik dan
abiotik, serta unsur biotik dan biotik lainnya (predasi, simbiosis, dll).
|
1.
Mengidentifikasi
komponen-komponen yang menyusun ekosistem.
2.
Menggambarkan
hubungan antara komponen biotik dan abiotik serta hubungan antara biotik dan
biotik dalam ekosistem.
|
1.
Menguraikan
dua komponen penyusun ekosistem, komponen biotik dan abiotik secara tepat.
2.
Mendeskripsikan
hubungan antara komponen biotik dan abiotik serta hubungan komponen biotik
dan biotik secara tepat.
|
Kompetensi
Dasar
|
Materi
Pembelajaran
|
Kegiatan
Pembelajaran
|
Indikator
|
4.1 Mendeskripsikan peran komponen ekosistem dalam
aliran energi dan daur biogeokimia serta pemanfaatan komponen ekosistem bagi
kehidupan.
|
2. Aliran Energi
Aliran energi merupakan transfer
energi dari produsen ke konsumen melalui rantai makanan.
|
3.
Mendeskripsikan
perjalanan energi, materi, dalam ekosistem, serta daur biogeokimia
4.
Menganalisis
kemungkinan diperolehnya keseimbangan/ketidak-seimbangan lingkungan karena
rusaknya atau terganggunya salah satu komponen ekosistem dan mengganggu
aliran energi.
|
3.
Menghubungkan
pengertian rantai makanan, jaring-jaring makanan, piramida ekologi, siklus
materi dan daur energi
4.
Menganalisis
hubungan antara komponen (karena faktor alami dan akibat perbuatan manusia)
5.
Menjelaskan
mekanisme aliran energi pada suatu ekosistem.
|
4.1 Mendeskripsikan peran komponen ekosistem dalam
aliran energi dan daur biogeokimia serta pemanfaatan komponen ekosistem bagi kehidupan.
|
3. Daur Biogeokimia
Daur karbon, nitrogen, sulfur, fosfor.
Dalam daur biogeokimia peran mikroorganisme sangat besar.
|
5. Menjelaskan daur biogeokimia dan organisme yang
terlibat di dalamnya.
|
6.
Menerangkan
daur Biogeokimia, yaitu daur karbon, daur nitrogen, daur fosfor, dan daun
sulfur.
7.
Menjelaskan
peranan bakteri nitirfikasi dalam daur nitrogen, serta bakteri-bakteri
pengurai pada daur karbon, fosfor, dan sulfur.
|
(Sumber :
Lampiran )
Menurut Aziz (2008 : 248), semua jenis makhluk hidup saling mempengaruhi,
dipengaruhi, serta berinteraksi dengan alam membentuk satu kesatuan yang
disebut ekosistem. Ekosistem menunjukkan adanya interaksi bolak-balik antara
makhluk hidup dengan lingkungannya. Di dalam sistem tersebut terdapat aliran
energi dan materi lingkungan yang disebut ekologi.
Dalam Campbell (2002 :
388), ekosistem terdiri dari semua organisme yang hidup dalam suatu komunitas
dan juga semua faktor-faktor abiotik yang berinteraksi dengan organisme
tersebut, dengan kata lain bahwa
ekosistem terdiri dari dua komponen yaitu komponen biotik (komponen hidup) dan
komponen abiotik (komponen tak hidup). Suatu ekosistem terdiri dari beberapa trofik, yaitu
trofik I (produsen), trofik II (konsumen primer), trofik III (konsumen
sekunder), trofik IV (konsumen tersier), trofik V (konsumen kuartener) dan
Detitrivor.
Di dalam ekosistem
setiap spesies mempunyai suatu niche
(relung) ekologi yang khas. Suatu ekosistem diatur dan dikendalikan secara
alamiah. Suatu ekosistem mempunyai daya kemampuan yang optimal dalam keadaan
berimbang. Terdapat interaksi antara seluruh unsur-unsur lingkungan yang saling
mempengaruhi dan bersifat timbal balik (Irwan, 2003 : 28-29).
1.
Komponen
Penyusun Ekosistem
Ekosistem merupakan
hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Adapun
komponen penyusun ekosistem adalah :
a.
Berdasarkan
sifatnya
Ditinjau berdasarkan
sifatnya ekosistem tersusun atas komponen-komponen sebagai berikut :
1)
Komponen Biotik
Komponen biotik adalah komponen
yang meliputi semua makhluk hidup di bumi. Setiap komponen biotik memiliki cara
hidup sendiri yang akan menentukan interaksi dengan komponen biotik lain dan
komponen abiotik. Komponen biotik juga meliputi tingkatan organisasi dalam
ekologi yang meliputi individu, populasi, komunitas, ekosistem, dan biosfer
(Pratiwi, 2006 : 269).
a)
Individu
merupakan organisme tunggal, seperti seekor tikus, seekor kucing, sebatang
pohon mangga, dan lain-lain (Pratiwi, 2006 : 269).
b)
Populasi yaitu
suatu kelompok individu dari spesies yang sama yang hidup dalam daerah geografis
tertentu (Campbell, 2002 : 272).
c)
Komunitas adalah
kumpulan populasi dari spesies yang berlainan. Suatu komunitas terdiri dari
semua organisme yang menempati suatu daerah tertentu (Campbell, 2002 : 272).
d)
Ekosistem
merupakan tingkat organisasi yang lebih tinggi dari komunitas, atau merupakan
kesatuan dari suatu komunitas dengan lingkungannya dimana terjadi antar
hubungan (Irwan, 2003 : 28).
e)
Biosfer
merupakan tingkatan yang paling kompleks dalam ekologi. Biosfer meliputi
atmosfer hingga ketinggian beberapa kilometer, daratan yang termasuk bebatuan
yang mengandung air yang berada paling tidak 1500 meter dibawah tanah, danau,
dan aliran sungai, gua, dan lautan hingga kedalaman beberapa kilometer
(Campbell, 2002 : 272).
Gambar
2.2 Tingkatan organisasi dalam ekologi
(Sumber :
http://3.bp.blogspot.com/-6U-Ave9PIJU/TcPPs4JfGOI/
AAAAAAAAACY/R8Fl0QOTuXY/s320/ekologi.jpg)
2)
Komponen Abiotik
Komponen abiotik
merupakan komponen fisik dan kimia yang membentuk lingkungan abiotik. Komponen
abiotik yang utama antara lain :
a)
Suhu
Suhu lingkungan merupakan faktor
penting dalam persebaran organisme karena pengaruhnya pada proses biologis dan
ketidakmampuan sebagian besar organisme untuk mengatur suhu tubuhnya secara
tepat (Campbell, 2002 : 273).
b)
Air
Air sangat penting bagi kehidupan,
tetapi ketersediaannya bervariasi secara dramatis di berbagai habitat.
Organisme air tawar dan air laut hidup terendam di suatu lingkungan akuatik,
tetapi organisme tersebut menghadapi permasalahan keseimbangan air jika tekanan
osmosis intraselulernya tidak sesuai dengan tekanan osmosis air di sekitarnya
(Campbell, 2002 : 273).
c)
Cahaya matahari
Matahari memberikan energi yang
menggerakkan hampir seluruh ekosistem, meskipun hanya tumbuhan dan organisme
fotosintetik lain yang menggunakan sumber energi ini secara langsung. Cahaya
juga penting bagi perkembangan dan perilaku banyak tumbuhan dan hewan yang
sensitif terhadap fotoperiode, yaitu panjang relatif siang dan malam hari
(Campbell, 2002 : 273-274).
d)
Angin
Angin memperkuat pengaruh suhu
lingkungan pada organisme dengan cara meningkatkan hilangnya panas melalui
penguapan (evaporasi) dan konveksi. Angin juga menyebabkan hilangnya air di
organisme dengan cara meningkatkan laju penguapan pada hewan dan laju
transpirasi pada tumbuhan (Campbell, 2002 : 274).
e)
Batu dan tanah
Struktur fisik, pH, dan komposisi
mineral batuan serta tanah akan membatasi persebaran tumbuhan dan hewan yang
memakannya, sehingga menjadi salah satu penyebab timbulnya pola mengelompok
pada area tertentu yang acak pada ekosistem terestrial (Campbell, 2002 : 274).
f)
Gangguan
periodik
Gangguan yang sangat merusak
seperti kebakaran, badai, tornado, dan letusan gunung berapi dapat
menghancurkan komunitas biologis. Setelah adanya gangguan yang merusak, daerah
akan dikolonisasi ulang oleh organisme yang selamat dari bencana, akan tetapi
struktur komunitas akan mengalami suatu suksesi perubahan selama proses
pemulihan (Campbell, 2002 : 274).
b.
Berdasarkan
Fungsinya
Ditinjau dari jabatan
fungsional organisme dalam habitatnya, ekosistem tersusun atas
komponen-komponen :
1)
Produsen, semua
organisme yang mampu membuat atau mensisntesis makanan sendiri (bersifat
autotrof) dari bahan anorganik dengan bantuan energi cahaya matahari atau
energi kimia. Produsen meliputi tumbuhan dan ganggang.
2)
Konsumen, semua
organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organik sebagai makanannya yang diperoleh
dari organisme lain, sehingga mereka bersifat heterotrof. Organisme ini
meliputi manusia, hewan, jamur, dan mikroba.
3)
Dekomposer atau
saprofit atau pengurai adalah organisme heterotrof yang menguraikan bahan
organik yang berasal dari berbagai organisme yang sudah mati. Organisme
pengurai menyerap hasil penguraian tersebut dan melepaskan bahan-bahan
sederhana yang dapat digunakan kembali oleh produsen. Organisme yang termasuk
pengurai adalah bakteri dan jamur (Aziz, 2008 : 248).
4)
Detritivor
adalah organisme yang memakan partikel-partikel organik atau detritus. Detritus
merupakan hancuran jaringan-jaringan hewan atau tumbuhan. Organisme detritivor
antara lain cacing tanah, siput, keluwing, bintang laut, dan kutu kayu
(Pratiwi, 2006 : 275).
2.
Interaksi antar
Komponen Ekosistem
Diantara tiap komponen
penyusun ekosistem terjadi interaksi.
a.
Interaksi
Antarorganisme
Interaksi
antarorganisme dalam komunitas ada yang sangat erat dan ada yang kurang erat.
Interaksi antarorganisme dapat dikategorikan sebagai berikut.
1)
Netral
Hubungan tidak saling mengganggu
antarorganisme dalam habitat yang sama yang bersifat tidak menguntungkan dan
tidak merugikan kedua belah pihak (Aziz, 2008 : 249).
2)
Predasi
Hubungan antara mangsa dan pemangsa
(predator). Sebagian pemangsa memiliki indera yang sangat tajam yang membuat
mereka dapat menemukan dan mengidentifikasi mangsa yang potensial. Melalui
pertemuan yang berulang-ulang dengan pemangsa selama waktu evolusioner,
berbagai adaptasi pertahanan telah berkembang pada spesies mangsa (Campbell,
2002 : 365).
3)
Parasitisme
Hubungan antarorganisme yang
berbeda spesies dimana salah satu spesies diuntungkan dan spesies yang lain
dirugikan. Dalam parasitisme, suatu organisme parasit mendapatkan makanannya
dari organisme lain yaitu inangnya (Campbell, 2002 : 368).
4)
Komensalisme
Hubungan antarorganisme yang
berbeda spesies dimana salah satu spesies diuntungkan, dan spesies lainnya
tidak dirugikan ataupun diuntungkan. Komensalisme sesungguhnya hanya
menguntungkan salah satu spesies yang terlibat. Dengan demikian setiap
perubahan evolusioner dalam hubungan tersebut hanya terjadi pada yang
memperoleh keuntungan (Campbell, 2002 : 372).
5)
Mutualisme
Hubungan antarorganisme yang
berbeda spesies yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Hubungan
mutualistik mensyaratkan evolusi adaptasi pada kedua spesies yang terlibat,
karena perubahan dalam salah satu spesies kemungkinan besar mempengaruhi daya
tahan hidup dan reproduksi spesies yang lain (Campbell, 2002 : 372-373).
b.
Interaksi
Antarpopulasi
Dalam suatu komunitas,
antara populasi satu dengan populasi lain selalu berinteraksi, baik secara
langsung maupun tidak langsung misalnya alelopati.
Alelopati merupakan interaksi antarpopulasi, jika populasi yang satu
menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain. Selain itu,
terdapat pula kompetisi interspesifik, yang terjadi jika antarpopulasi terdapat
kepentingan yang sama sehingga terjadi persaingan untuk mendapatkan apa yang
diperlukan (Pratiwi, 2006 : 276).
c.
Interaksi
Antarkomunitas
Interaksi
antarkomunitas cukup kompleks karena tidak hanya melibatkan organisme, tetapi
juga aliran energi dan makanan. Contoh komunitas adalah danau dan sawah. Antara
komunitas danau dan sawah terjadi interaksi dalam peredaran nutrien dari air
danau (irigasi) ke sawah dan peredaran organisme hidup dari kedua komunitas
tersebut (Aziz, 2008 : 250).
d.
Interaksi antara
Komponen Biotik dengan Abiotik
Interaksi antara
komponen biotik dengan abiotik menyebabkan terjadinya aliran energi dalam suatu
sistem. Selain aliran energi, di dalam ekosistem terdapat juga struktur atau
tingkat trofik, keanekaragaman biotik serta siklus materi (Pratiwi, 2006 :
276).
3.
Aliran Energi
dan Daur Biogeokimia
a.
Aliran Energi
Aliran energi merupakan
perpindahan energi dari organisme yang satu ke organisme yang lainnya. Energi
yang berasal dari matahari masuk ke lingkungan biotik melalui proses
fotosintesis. Perubahan bentuk energi yang satu ke bentuk energi yang lain
disebut transformasi energi. Setiap perubahan energi selalu terjadi kehilangan
energi yang masuk ke dalam ekosistem karena digunakan untuk melakukan kerja
atau akan keluar lagi ke lingkungan abiotik sebagai panas (Aziz, 2008 : 252).
Gambar
2.3 Aliran energi dan materi
(Sumber : http://soerya.surabaya.go.id/AuP/e-DU.KONTEN/edukasi.net/SMA/Biologi/Aliran.Energi/images/hal7.jpg)
1)
Rantai Makanan
Rantai
makanan adalah perpindahan materi dan energi dari organisme satu ke organime
lain melalui proses makan dan dimakan dengan urutan tertentu (Aziz, 2008 : 254).
Gambar
2.4 Rantai Makanan (Sumber :
http://2.bp.blogspot.com/_4IwHTsRufBg/S5MRlt_iI0I/
AAAAAAAACNk/p03asfBiIVk/s320/RANTAI+MAKANAN.bmp)
2)
Jaring-jaring
Makanan
Hubungan makan memakan
dalam suatu ekosistem umumnya saling jalin-menjalin menjadi suatu jaring-jaring
makanan yang rumit (Campbell, 2002 : 389)
Gambar
2.5 Jaring-jaring makanan
(Sumber : http://4.bp.blogspot.com/-2vgxXgRRqng/TghMWCznwhI/
AAAAAAAAAAk/t5AKLo7vVKo/s1600/jaring-makanan1.jpg)
3)
Tingkat Trofik
Tingkat trofik yang
secara mendasar mendukung yang lainnya dalam suatu ekosistem terdiri dari
organisme autotrof, atau produsen primer (primary
producer) ekosistem tersebut. Organisme dalam tingkat trofik diatas
produsen primer adalah heterotrof yang secara langsung atau tidak langsung
bergantung pada hasil fotosintetik produsen primer (Campbell, 2002 : 388-389).
Gambar
2.6 Tingkat Trofik dalam suatu Rantai Makanan
(Sumber : https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifvfWfsF6LEKm_eQeI6V_IsLAr3OkxDmyzaYTvpK9pgJ_5DhJKMVGqpwL1dS4Vfp2rMBw5fvV-KJW4JUGsVnf3wfVkyIoAFOsc17K5JpwoTC2PYSJ9axP0_5zWdqHkvSZUlTDM_kmosCRK/s1600/Piramida+Ekologi.png)
4)
Piramida Ekologi
Struktur trofik pada
ekosistem dapat disajikan dalam bentuk piramida ekologi. Ada tiga jenis
piramida ekologi, yaitu piramida jumlah, piramida biomassa, dan piramida
energi.
a)
Piramida Jumlah
Menggambarkan jumlah individu dalam
populasi yang menempati tingkat trofik tertentu. Penentuan tingkat trofik pada
piramida jumlah didasarkan pada perhitungan jumlah individu tiap satuan luas
(per m2) (Aziz, 2008 : 256).
Gambar
2.7 Piramida Jumlah
(Sumber :
http://www.e-dukasi.net/file_storage/modul_online/MO_150/
Image/piramida%20jumlah(1).jpg)
b)
Piramida
Biomassa
Piramida biomassa berfungsi
menggambarkan perpaduan massa seluruh organisme di habitat tertentu, dan
dinyatakan dengan gram piramida biomassa lebih jelas menggambarkan hubungan
antartingkat trofik daripada piramida jumlah (Aziz, 2008 : 256).
Gambar
2.8 Piramida Biomassa
(Sumber :
http://4.bp.blogspot.com/_dDqCK7p8E3k/TAZeQc4KSOI/ AAAAAAAAAIQ/F5vmjCu_M8E/s320/biomassa.jpeg)
c)
Piramida Energi
Piramida energi mampu memberikan
gambaran paling akurat tentang kecepatan aliran energi dalam ekosistem atau
produktivitas pada tingkat trofik suksesif. Penentuan tingkat trofik pada
piramida energi didasarkan pada energi yang dapat dikeluarkan oleh individu
yang dinyatakan dalam kkal/m2/hari (Aziz, 2008 : 257).
Gambar
2.9 Piramida Energi
b.
Daur Biogeokimia
Aliran energi dan
zat-zat kimia merupakan suatu proses integrasi fungsional, yang keduanya
merupakan suatu pasangan karena energi disimpan dalam ikatan kimia. Aliran ini
terjadi diantara tingkat trofik serta diantara komponen-komponen biotik dengan
abiotik menggabungkan ekosistem ke dalam suatu unit fungsional. Ketika energi
dilepaskan melalui proses pernapasan, maka senyawa-senyawa yang terlibat
mengalami degradasi, dan unsur-unsur kimiawinya dilepaskan ke habitat, yang
dapat digunakan kembali.
Menurut Hutchinson
(1950) dalam Irwan (2003 : 76), siklus biogeokimia merupakan suatu pertukaran
atau perubahan yang terus-menerus dari bahan-bahan antara komponen biotik dan
abiotik. Berdasarkan sumber yang ada di
alam, siklus biogeokimia dapat dibagi dalam dua golongan (tipe) yaitu :
1)
Tipe gas,
sebagai sumbernya atmosfer dan lautan (hidrosfer), misalnya siklus nitrogen,
karbon, dan lain-lain.
2)
Tipe sedimen,
sumbernya adalah batuan bumi seperti fosfor dan sulfur (Irwan, 2003 : 78).
Berikut adalah beberapa
dari daur biogeokimia.
1)
Daur Nitrogen
Nitrogen adalah salah satu unsur
kimia lain dalam ekosistem. Nitrogen ditemukan pada semua asam amino, yang
merupakan penyusun protein organisme-organisme. Nitrogen tersedia bagi tumbuha
hanya dalam bentuk dua mineral yaitu NH4+ (amonium) dan
NO3- (nitrat). Meskipun atmosfer Bumi hampir 80% terdiri
atas nitorgen, unsur ini sebagian besar terdapat dalam bentuk gas nitogen (N2),
yang tidak tersedia bagi tumbuhan. Nitrogen memasuki ekosistem melalui dua
jalur alamiah yang keutamaan relatifnya sangat bervariasi dari suatu ekosistem
ke ekosistem lain. Jalur lain untuk masuknya nitrogen ke ekosistem adalah
melalui fiksasi nitrogen (nitrogen fixation)
(Campbell, 2002 : 398)
Gambar
2.10 Daur Nitrogen
(Sumber :
Campbell, 2002 : 399)
2)
Daur Karbon
Karbon adalah bahan penyusun dasar
semua senyawa organik. Pergerakannya melalui suatu ekosistem bersamaan dengan
pergerakan energi, melebihi zat kimia lain; karbohidrat dihasilkan selama
fotosintesis, dan CO2 dibebaskan bersama energi selama respirasi.
Dalam siklus karbon proses timbal balik fotosintesis dan respirasi seluler
menyediakan suatu hubungan antara lingkungan atmosfer dan lingkungan terestrial
(Campbell, 2002 : 397).
Gambar.
2.11 Daur Karbon
(Sumber :
http://1.bp.blogspot.com/-NfANcVqesX4/TZfP0kwzqnI/
AAAAAAAAAV4/pSLnnJ809cU/s320/ES++we31.jpg)
3)
Daur Fosfor
Organisme memerlukan fosfor sebagai
bahan penyusun utama asam nukleat, fosfolipid, ATP dan pembawa energi lainnya,
serta sebagai salah satu mineral penyusun tulang dan gigi. Dalam beberapa hal,
siklus fosfor lebih sederhana dibandingkan dengan siklus karbon atau siklus
nitrogen. Siklus fosfor tidak meliputi pergerakan melalui atmosfer, karena
tidak ada gas yang mengandung fosfor secara signifikan. Selain itu, fosfor
hanya ditemukan dalam satu bentuk anorganik penting, fosfat (PO43-),
yang diserap oleh tumbuhan dan digunakan untuk sintesis organik (Campbell, 2002
: 399).
Gambar
2.12 Daur Fosfor
(Sumber :
http://1.bp.blogspot.com/-Dlmd0lN6lFc/TZfP38J7HaI/
AAAAAAAAAV8/5fZjPJHFp50/s320/ES++we33.jpg)
4)
Daur Sulfur
Di atmosfer, sulfur ditemukan dalam
bentuk SO sebagai hasil pembakaran bahan (bahan yang mengandung sulfur),
misalnya batu bara dan minyak bumi. Di alam, sulfur anorganik dalam bentuk
sedimen sebagai sulfida besi. Tumbuhan menyerap sulfur ion SO dari hasil
oksidasi pada permukaan batuan yang dilakukan bakteri sulfur. Ion SO yang
diserap tumbuhan digunakan untuk menyusun asam amino dan protein, yang
selanjutnya digunakan organisme lain (Campbell, 2002 : 259).
Gambar
2.13 Daur Sulfur
(Sumber : https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEggELFxXmQhJTbu8MIFWwWzK1MaMsT8vNZXoI4T517fn2Jf312qEVUDXH9I-Pp4DX6jOyAJv-2Azuivfnxt2hCz2V-5qgYP-M0MHnzPRJuiLRArECo-BkRnI8sE8jTFEEeT9I7JXrIQkObZ/s320/112537-004-22841CF2.gif)
Materi ekosistem
dipelajari untuk mengajarkan siswa bahwa sebagai individu manusia tidak dapat
berdiri sendiri. Dalam lingkungan setiap makhluk hidup saling ketergantungan
satu sama lain sehingga tercipta kehidupan yang harmonis di alam. Apabila salah
satu komponen terganggu kelestariannya, maka komponen yang lain pun akan
mengalami perubahan dalam siklus hidupnya. Oleh karena itu, manusia sebagai
organisme yang kedudukannya paling tinggi di alam semesta ini harus dapat
menjaga kelestariannya lingkungan sekitar agar semuanya berjalan sesuai
fungsinya.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusthx u for sharing this knowledge, boleh tau referensi ahmadi cari dimana?
BalasHapusapakah mengetahui respon siswa ada kuisonernya? trimakasih
BalasHapusdaftar pustaka nya bos biar greget
BalasHapusDaftar pustakanya mas
BalasHapusMaaf Pak, bisa share daftar pustakanya? Matur nuwun
BalasHapusDaftar pustaka min
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusAhmadi. 1999. Psikologi sosial. Jakarta: rineka cipta.
BalasHapus